Mencecap Panggung Konferensi Ilmiah Internasional Pertama di Negeri Sakura
Mengikuti kegiatan ber-level internasional merupakan
mimpi dari setiap mahasiswa. Beragam kegiatan internasional yang dapat diikuti
antara lain student exchange, youth forum maupun international conference. Kesempatan mengikuti ajang internasional
tersebut terbuka lebar karena informasi mengenai kegiatan bertebaran di
internet maupun mading fakultas.
Pada
bulan Januari 2017 lalu, informasi mengenai international
conference berkaitan dengan bidang social
science dirilis. Kegiatan international
conference tersebut diselenggarakan oleh Dignified Researchers in
Humanities Social Sciences (DRHSS), yakni sebuah lembaga penyelenggara
konferensi ilmiah tingkat internasional. DRHSS merupakan asosiasi yang secara
khusus mengembangan kajian tentang ilmu budaya dan ilmu sosial. Kegiatan
konferensi tersebut diselenggarakan pada bulan April 2017 dengan mengambil
lokasi di Kyoto, Jepang.
Setelah
mempertimbangkan bahwa kesempatan untuk menjadi delegasi universitas dalam
kegiatan international conference ini
tidak boleh dilewatkan begitu saja, terlebih lagi sebagai mahasiswa tingkat
akhir yang belum menunjukkan prestasi maupun kontribusi yang signifikan bagi
almamater, akhirnya saya mencoba untuk mengirimkan abstract submission. Selang beberapa minggu kemudian, pada
pertengahan bulan Februari 2017, saya mendapat informasi bahwa abstract tersebut diterima dan dapat
mengirimkan naskah full paper-nya. Saya
bergegas menyusun full paper dengan
sebaik mungkin, dan mengirimkan kembali pada reviewer committee. Setelah beberapa tahap perbaikan pada akhirnya saya
menerima notifikasi bahwa paper saya
diterima dan berhak menjadi delegasi dan mempresentasikan paper tersebut pada forum internasional. Senang? Pasti. Mimpi saya
akhirnya terwujud, pergi ke luar negeri bukan sebatas untuk ‘jalan-jalan’
biasa, tapi juga berkarya.
Akhirnya
setelah proses panjang yang mendebarkan, pada tanggal 19 April 2017 saya
berhasil menggapai Jepang. Esoknya, saya berangkat dari Osaka menuju lokasi
konferensi di Kyoto. Hari pertama, bukanlah kegiatan inti. Di hari tersebut
hanya sebatas perkenalan antar peserta konferensi, penjelasan teknis
konferensi, pembagian jadwal dan ruangan. Hari ketiga di Jepang, barulah saya
mengikuti rangkaian kegiatan konferensi. Kegiatan dibuka oleh Prof. Kazuaki
Maeda dari Chubu University Japan. Dilanjutkan dengan keynote speakers yang merupakan para ilmuwan dengan risetnya yang
telah diakui secara internasional. Saya bertemu dengan banyak peserta yang
mayoritas merupakan dosen, PhD candidate,
mahasiswa S2. Hanya terdapat 3 tim yang merupakan mahasiswa tingkat S1. Peserta
delegasi berasal dari beragam negara, antara lain Indonesia, Thailand, Taiwan,
India, Korea Selatan, Jepang, Qatar, Iran, Sri Lanka, Hong Kong, Rusia, dan
China.
Di kesempatan
tersebut saya memprentasikan paper berkaitan
dengan implementasi E-Governance pada
negara berkembang dengan studi kasus di Kota Surabaya. Nervous? Tentu. Presentasi di depan kelas memang hal yang biasa,
namun ini adalah panggung international
conference saya, dimana saya harus mempresentasikan paper ilmiah dihadapan akademisi dari seluruh dunia dengan bahasa
inggris yang bukan bahasa sehari-hari yang saya gunakan. Berbagai kekhawatiran
muncul, padahal saya sudah cukup mempersiapkan ini dengan baik dan berlatih,
mengulang-ulang apa yang akan disampaikan di atas panggung konferensi. Namun
pada akhirnya saya berhasil melewati itu dan beragam tanggapan muncul dari
peserta maupun session chair terkait paper yang saya presentasikan. Diskusi,
tanggapan, pertanyaan dari berbagai perspektif muncul dan tentunya menambah
diskursus tentang ilmu administrasi publik yang selama ini saya pelajari.
Pengalaman
mengikuti kegiatan di luar negeri membawa manfaat yang luar biasa. Saya
berkesempatan membuka wawasan seluas-luasnya, meningkatkan kemampuan berbahasa
asing, membentuk karakter agar lebih percaya diri, serta membuka relasi
sebanyak-banyaknya dengan para pengajar, pakar serta mahasiswa lain dari
beragam belahan dunia, serta mengenalkan Indonesia. Di samping itu, tentunya saya
bisa berjalan-jalan gratis ke luar negeri.
Pada
akhirnya, saya juga merenungi bahwa sesekali juga perlu untuk melibatkan diri
dalam kegiatan internasional. Dunia sudah berubah dan setiap orang dituntut
untuk berkarya, memiliki daya saing dengan warga dari belahan dunia lainnya.
Dengan mengikuti forum internasional, kita bisa belajar untuk menyelaraskan
diri kita, meningkatkan kapasitas agar se-level dengan standar pelajar-pelajar
lain di luar negeri. Saya belajar untuk serius dan fokus dengan bidang yang saya
sehingga ada kontribusi kita pada disiplin ilmu yang saya pelajari, dan ilmu
tersebut membawa manfaat.
Terima
kasih kepada Direktorat Kemahasiswaan Universitas Airlangga, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik serta Departemen Ilmu Administrasi Negara yang telah
mendukung dan membiayai secara penuh keikutsertaan saya dan rekan saya dalam
kegiatan International Conference on
Arts, Social Sciences, Humanities and Interdisciplinary Studies 2017 di
Kyoto Jepang. Serta terima kasih kepada rekan saya se tim, Choiriyah Basnawi
atas kerjasamanya yang luar biasa, dan perjuangan yang berdarah-darah sehingga
kita berdua bisa mencecap panggung international
conference kita untuk pertama kalinya.
0 komentar