the wanderer & story teller



1. Menjaga kebersihan. Akan sangat jarang menjumpai orang yang makan/minum di kereta meskipun tidak ada aturan tertempel yg menjelaskan bahwa makan/minum di atas kereta itu dilarang. Ketika makan di restoran terutama fast food, orang Jepang akan membereskan bekas makanan & membuang sampahnya sendiri, begitupun di Starbucks, tidak ada yg meninggalkan cup minuman di meja. Toilet juga dijaga super bersih & tetap kering. Tdk ada yang meludah sembarangan. Padahal di Jepang ga ada loh slogan “Kebersihan sebagian dari iman”

2. Toleransi tinggi. Bagi muslim akan menjadi hal paling susah mencari prayer room. Tapi orang tidak akan memandangmu aneh/sinis meskipun kamu membentangkan sajadah di tempat umum. Ketika diajak makan malam dengan salah seorang teman dari Jepang, aku menyampaikan bahwa aku bisa makan apa saja kecuali buta (pork) & alcohol. Dia bertanya kenapa, dan aku jelaskan bahwa aturan agamaku melarang pemeluknya untuk memakan makanan yang haram termasuk pork & alcohol, diapun tidak bertanya lebih lanjut karena bagi orang Jepang agama merupakan hal yang sangat personal. Dia berkeliling kawasan Dotonbori hingga hampir 2 jam untuk menemukan makanan halal, padahal bisa saja dia mencurangi dengan mengatakan bahwa ini tidak mengandung pork karena semua menu tertulis dengan Bahasa Kanji? See? Mereka toleran sekali

3. Jujur. Hampir semua orang Jepang jujur. Bagi mereka hal yg sangat memalukan bila mengambil yang bukan haknya. Sampai-sampai ada yang bilang, “kalau kehilangan barang di Jepang dan yang nemu orang Jepang, pasti akan kembali ke kamu.”. Aku juga pernah melihat video di youtube mengenai social experiment yang ber setting di Jepang. Jadi ceritanya ada orang yang menjatuhkan dompetnya, dan dari 10 orang Jepang yang melihat dompet tersebut jatuh, lansung berlari menghampiri si empu-nya dompet, well jadi merasa super aman jalan-jalan di Jepang, Kapan Indonesia begini? 

4. Taat dan disiplin. Di mana-mana antri, masuk train, masuk toilet, beli makanan, semuanya antri. Kamu juga akan sangat jarang menjumpai orang yang melanggar penyebrangan jalan meskipun sedang tidak ada kendaraan yang melintas. Orang Jepang tetap akan menunggu hingga lampu menyala hijau. Bagi mereka aturan itu bagian dari akhlak, jadi sudah mendarah daging kayaknya.

5. Sopan dan helpful. Meskipun orang Jepang terlihat sangat sibuk, cuek dan jutek, tapi mereka pasti akan membantu ketika kamu bertanya. Bahkan kamu akan diantar pada lokasi tujuanmu/diantar hingga mereka memastikan bahwa kamu tidak akan tersesat. Ini aku mengalaminya berkali-kali. Orang Jepang akan rela kok ketinggalan train demi membantu traveler (ngga semua sih, tapi mereka sangat totalitas dalam membantu)

Jepang mungkin negara tak beragama, tapi bukan berarti tak berakhlak. Budi pekerti & adab mereka bisa dicontoh. Bahkan dalam beberapa hal, perilaku mereka sangat baik, aku sebagai muslim kadang malu padahal dari kecil dalam ajaran agamaku telah disebutkan agar bersikap dan berakhlak baik, tapi ternyata belum sebaik orang yang tidak beragama.  

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Everything we hear is an opinion, not a fact.

Evertyhing we see is a perspective, not the truth.
-Marcus Aurelius
source
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Pertanyaan kaya gini sering banget muncul di ask fm, "cantik apa pinter?"

Kalo aku pribadi sih, pinter. Karena gini simpelnya, semua perempuan harus punya kecerdasan, dunia terlalu keras kalo cuman mengandalkan kecantikan. Ya emang sih beberapa kesempatan bisa didapet dengan mudah karena muka menarik, tapi kalo cantik doang tapi otak kosong ya gimana dong yaa. Sependapat banget sama Mbak Lana Del Rey yang bilang "of course I wanted to look good. But smart is the primary focus" 

Kalo aku sih seneng bilang gini, "beauty comes along after intelligence"
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
      Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan di Pendidikan Tinggi agar peserta didik memiliki kompetisi yang relevan dengan kesadaran berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Pembentukan kompetensi tersebut menurut pendapat saya belum sesuai dengan apa yang diharapkan sebab, dilihat dari pribadi peserta didik dalam hal ini mahasiswa, belum mencerminkan sikap yang diharapkan dari adanya mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Seperti contoh, mahasiswa diharapkan dapat memupuk pola pikir, pola sikap dan pola perilaku yang mencerminkan nilai-nilai perjuangan/patriotisme, rasa cinta tanah air, kesadaram tekad, semangat, rela berkorban untuk bangsa dan negara. Hal itu belum tercapai, karena kini peserta didik masih pasif dan apatis dalam peran serta memperjuangkan patriotisme, rasa cinta tanah air, dan sebagainya. Saya rasa itu akibat dari adanya era globalisasi, di mana pengaruh dari luar sangat gencar masuk ke Indonesia tanpa filter yang baik, sehingga pengaruh positif dan negatif seakan masuk dengan sangat mudah dan dengan cepat mempengaruhi pribadi dari peserta didik/mahasiswa. Contoh kecilnya, budaya hidup westernisasi, dunia malam, menyukai produk-produk impor yang bermerk, cara berpakaian, tingkah laku dan pola pikir telah terkontaminasi dengan budaya luar negeri. Lalu, ketika perebutan wilayah negara, semisal Pulau Ambalat, beragam budaya yang diklaim oleh Malaysia, tidak banyak dari generasi muda yang berkoar-koar ikut menuntut hak Indonesia. Banyak yang masih apatis terhadap kejadian-kejadian yang sebetulnya adalah tolak ukur, sejauh mana kepedulian generasi bangsa terhadap kekayaan budaya dan alam milik bangsa Indonesia. Itu adalah sedikit contoh kecil bahwa kompetensi yang diharapkan dari pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan belum sepenuhnya berhasil tercapai, serta masih banyak kekurangan yang harus dibenahi. Oleh karena itu, saya pikir Pendidikan Kewarganegaraan harus tetap diberikan, disertai dengan adanya perbaikan kurikulum, metode pengajaran serta kerjasama dan komitmen yang baik dari berbagai pihak, agar misi dan visi yang diusung dari diberikannya mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hari ini ada sesuatu yang berbeda, mulai mencoba merenungkan arah hidup saya. Diawali dari pertemuan di pagi hari dengan dosen Dasar Metodologi Penelitian, yaitu Pak Karnaji yang sesama putra daerah Jombang, motivasinya menyentuh hati saya. Setiap pertemuan selalu diulang-ulang inilah yang membuat kesan mendalam. Setelah salam pasti beliau berpesan, agar kita senantiasa berdoa untuk orangtua kita yang terus ikhtiar. "Mungkin orangtua kalian saat ini belum beranjak dari sajadahnya." begitu selalu yang diulang. Subhanallah ya, kalo bahas orangtua apalagi ibu bawaannya pengen netes gitu aja. Ngga cuma itu, cerita-cerita terus bergulir dari beliau, mengenai hukum alam di mana kita menanam kita pasti akan memetik hasilnya, belajar tentang keikhlasan dan terus berbuat kebaikan, selalu memberikan yang terbaik untuk sesama, bukan bicara individu tapi sesama.  Saya jadi bergeming, sudahkah saya melakukan itu? jangankan ikhlas, berbuat baik terhadap sesama, saya aja masih suka ngeluh, istilahnya mbatin kalo sama orang yang bikin saya kesel. Sama ayah ibu juga saya masih ngasih beban. Pengen ini pengen itu sekarang, sama uang yang dikasih juga boros, rasanya saya masih durhaka. Saya masih jadi beban berat untuk orangtua, harusnya di usia yang 18 tahun ini saya lebih ngerti gitu yaa, tapi kenyataannya belum peka juga.

Kedua, di mata kuliah Asas Manajemen yang biasanya sama Prof. Jusuf Irianto, sekarang sama dosen pengganti Bu Amalia. Dosen cantik, dan muda, mahasiswa S3 Manajemen Unair. Beliau juga cerita, "Pokoknya ridho Allah ridho orangtua, saya dulu masuk universitas ya karena ngikut dan nurut kata orangtua. Coba saya ngga nurut dan maksa masuk jurusan yang saya pengen tapi di universitas swasta, pasti saya ngga akan di sini, ketemu kalian. Saya dulu dek, tes ujian sudah nyoba 4 kali gagal terus. Ternyata dibalik itu ada sesuatu yang saya baru memahami juga. 4 kali ujian saya gagal asumsi saya karena saya ngga cium tangan ibu. 4 kali ujian itu ibu di kamar, habis subuhan dan ngaji tidur saya kan ngga enak bangunin. Abis itu yang ke 5 kebetulan pas saya mau berangkat, ibu saya lagi nerima telpon, akhirnya saya pamit, saya cium tangan ibu saya. Eh kok pas pengumuman saya lulus. Saya mikir, kok bisa ya, padahal 4 kali gagal. Ini yang ke 5 kunci berhasilnya di mana, setelah saya inget-inget, Subhanallah ternyata saya cium tangan ibu. Akhirnya saya pulang ke Pamekasan, saya nangis di depan ibu." Sepele banget bukan sih? cium tangan orang tua bisa lulus ujian. Gimana kalo kita ngelakuin lebih dari itu?

Ketiga, tadi siang saya ikut talkshow di American Corner Perpustakaan Kampus B Unair. Saya ngga tau itu talkshow apa, yang saya tahu itu ngomongin beasiswa. Ternyata bener, ini ngomongin beasiswa PPSDMS Nurul Fikri untuk mahasiswa laki-laki muslim. Ya sempet kecewa gitu, karena cuma buat laki-laki tapi ambil positifnya aja siapa tau dapat pengetahuan baru dengan ikut talkshow ini. Narasumbernya yaa penerima beasiswa PPSDMS Nurul Fikri dari Unair dan ITS. Kakak-kakaknya ikhwan semua. Ada kak Ilham dari ITS, Kak Lutfi dan Kak Gading dari Unair. Semuanya sudah pernah ke luar negeri, baik ikut forum internasional ataupun student exchange, ada juga yang dapat full scholarship. Ngiri ngga? iya pasti. Ternyata kunci suksesnya sama, melakukan usaha lebih dari yang lain, melakukan doa lebih dari yang lain, dan memperlakukan orangtua lebih dari yang lain. Usahanya apa kak? "Aktif dakwah, aktif organisasi, aktif kuliah, aktif bersosialisasi dengan lingkungan." Doanya kak apa aja? "Cukup sholat 5 waktu, ditambah amalan yang lain seperti dhuha, dan menjaga tahajud." Untuk orangtua, apa yang dilakukan? "Saya sangat sayang sama ibu, setiap saya telpon ibu seminggu sekali saya harus ada kabar baik untuk ibu. Tentang prestasi saya, ataupun yang lain." 

Kayaknya bisa diambil kesimpulan yaa, untuk jadi orang sukses dunia akhirat yang saya tangkep dari keseluruhan pelajaran hari ini adalah:

1. Menjaga sholat, kalau bisa ditambah sunnahnya seperti sunnah rawatib, dhuha, tahajud.
2. Mencintai orangtua, melakukan yang terbaik untuk orangtua, selalu bakti dan mengabdi.
3. Melakukan usaha yang lebih, entah lebih ikhlas, selalu berbuat kebaikan, ataupun kebaikan-kebaikan yang lain.

Insya Allah sukses dunia akhirat. Hamasah!!!!
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Btw sebelumnya ga papa kan yaa neg-post semacam tugas gitu, sharing dikit gitu lah. Biar besok-besok kalau ada yang negbutuhin bisa langsung comot asal nyantumin sumbernya. :)) Tugas yang bakal dipost kali ini tentang Filsafat di mata mahasiswa, ini tugas mata kuliah filsafat ilmu (semester 2). Check this out ....


1.      Bagaimana pemahaman mahasiswa tentang filsafat sebelum dan sesudah mengikuti perkuliahan filsafat ilmu?
Sebelum saya mengenal filsafat, saya menganggap bahwa filsafat ialah dewanya ilmu, atau biasa disebut “mother of science” sehingga dalam pemahamannya menurut saya akan sangat sulit karena filsafat berbicara tentang hakikat sesuatu dengan sangat luas. Kemudian setelah saya mengenal lebih jauh mengenai filsafat dan mulai belajar mengenai filsafat ini, ternyata filsafat lebih dari sekedar “mother of science”, filsafat ialah konsep dasar mengenai ilmu dan pengetahuan serta kehidupan. Filsafat ialah cara untuk memahami sesuatu secara dalam, sehingga bisa disebut “method to understanding” sehingga bisa dikatakan filsafat ialah induknya ilmu, barang siapa yang bisan memahami induknya ilmu maka ia akan bisa memahami ilmu-ilmu yang lain dengan lebih mudah.

2.      Apa pandangan mahasiswa mengenai filsafat?
Bagi saya yang seorang mahasiswa, filsafat ialah “method to understanding”. Dengan filsafat kita bisa memahami segala sesuatu lebih dari apa yang dipikirkan selama ini. Dengan filsafat mahasiswa bisa lebih tahu banyak hal, karena dalam filsafat suatu ilmu atau pengetahuan sangat berkembang, kita bisa memahami dari segala aspek kehidupan. Filsafat ialah sesuatu yang istimewa, karena makin banyak yang kita tahu dari filsafat akan semakin banyak pertanyaan yang timbul mengenai filsafat.

3.      Apa tujuan dan harapan mahasiswa mengikuti perkuliahan filsafat ilmu?

Saya berharap dengan mengikuti perkuliahan filsafat ilmu, bisa membentuk pola pikir yang lebih kritis, peduli, bertanggungjawab dan cerdas. Dengan filsafat kita juga akan belajar banyak serta merenung. Dengan merenung diharapkan bisa memberikan dampak positif bagi kehidupan saya di masa kini dan masa mendatang karena dengan merenung kita akan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih berguna bagi sesama.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Sejak duduk di SMPN 1 Jombang udah cita-cita buat masuk Universitas Indonesia. Tiap hari selalu kebayang, bisa masuk SMA favorit di Jombang terus bisa masuk Universitas Indonesia. Waktu masuk SMA juga gitu, alhamdulillah diterima di SMAN 3 Jombang tahun 2010 dengan NEM waktu itu 35,10.

Semester pertama di SMA mulai ngebut belajar, ya you know lah kalau SNMPTN pakai nilai rapor, kalau jelek kan ngga bisa masuk UI hehe. Ya Alhamdulillah juga, usaha dan doa selalu membuahkan hasil yang memuaskan. Waktu itu juga tahun kemaren, 2013 bulan Februari mulai pendaftaran SNMPTN gitu. Wah, langkahku ke UI udah makin deket aja. 

Harapanku ternyata ngga sepenuhnya didukung sama ayah. katanya sih terlalu jauh, belum sepenuhnya percaya sama aku, dll. Ya gimana yaa, namanya anak pasti egonya juga tinggi aku ngotot juga dong pengen tetep masuk UI. Walopun pada akhirnya tetep ayah yang menang, hehe

Akhirnya aku pilih Universitas Airlangga, satu-satunya Universitas yang aku pilih di Jawa Timur. Kenapa harus Unair? karena itu alternatif terakhir setelah UI, UGM, kalau ngga boleh ya terakhir di Unair. Nah waktu milih jurusan juga gitu, diarahin lagi lah ke Administrasi Negara (FISIP). Padahal waktu itu pengen banget buat masuk Manajemen, kalau ngga gitu ya Komunikasi. Dan lagi-lagi ayah yang menang.

Gimanapun pilihan orangtua itu yang terbaik buat anaknya. Aku percaya itu. Coba waktu itu aku ngga nurut? belum tentu juga aku bisa keterima di UI, atau bahkan sampai saat ini aku belum kuliah atau bisa jadi kuliah di swasta. Hmm, meskipun masih kebayang gitu ya pake Jaket Kuning yang makara oranye, kuliah di Depok, pulang tiap libur semester, bisa kos, tapi tetep harus bersyukur dengan keadaan sekarang. Pakai almamater biru, makara lambang Airlangga, kuliah di Surabaya, ngga kos sih tinggal sama keluarga adiknya ayah, tiap 2 minggu sekali pulang ke Jombang.

Ginilah hidup, pelajaran penting yang aku bisa ambil sih pertama nikmati, kedua jalani dengan ikhlas. Meskipun ini bukan pilihan kita, tapi arahan dari orangtua semoga kita bisa dapat berkahnya. amiiin :) 
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Mampu meraih visi yaitu “Indonesia Emas” merupakan suatu harapan yang luar biasa. Indonesia Emas, dengan perekonomian yang maju, pendidikan yang merata, kemiskinan yang berkurang, kesejahteraan rakyat ialah mimpi bagi seluruh rakyat Indonesia. Meraih visi menuju “Indonesia Emas” bukanlah perkara mudah, apalagi hanya wacana tanpa tindakan nyata.
            Semakin diperdalam, mari menengok beragam kritik-kritik terhadap berbagai macam kebijakan pemerintah, menuding bahwa pemerintah kini tidak visioner adalah hal yang wajar bahkan membumi di Indonesia, tersebar mulai dari surat kabar, televisi maupun jejaring sosial. Kritikan tersebut semakin menjadi-jadi manakala Indonesia sedang banjir masalah; korupsi, tawuran antar pelajar, kemiskinan, inflasi, dan lain sebagainya. Namun yang dipertanyakan tindakan nyata apa yang dilakukan seiring dengan datangnya berbagai macam kritik yang dilontarkan? Apakah hanya berwacana tanpa ada aksi nyata?
            Generasi muda kini kian kritis, berbagai organisasi-organisasi di kampus aktif menyuarakan gerakan-gerakan yang digunakan untuk mengkritisi pemerintah dan sistemnya. Aksi demo, orasi dan sebagainya sudah sering ditemui apalagi di dunia kampus. Namun, dalam hal ini kurang terlihat dampaknya. Mahasiswa hanya melakukan demo, orasi, dan lain sebagainya namun tindakan nyata untuk mengatasi permasalahan nampaknya masih kurang.
            Sudah saatnya revolusi dimainkan oleh generasi muda, terutama mahasiswa. Melakukan aksi nyata, terjun secara lansung, mengatasi permasalahan sesuai kapasitas diri dan kemampuan, tidak perlu muluk-muluk karena perubahan sekecil apapaun yang bisa dilakukan akan menginspirasi orang lain untuk berbuat yang sama, dengan demikian virus semangat untuk merubah keadaan Indonesia yang terpuruk menuju “Indonesia Emas” akan tercapai.           
            Lakukan sesuatu diawali dengan hal yang sesuai passion, sesuatu usaha yang didasari atas passion akan ringan dilakukan. Berkumpul dengan sesama personal yang  memiliki passion yang sama akan membuat kita jadi lebih kreatif dan berkembang. . Misalnya suka bermusik, bermain teater, membaca puisi, atau menulis sebuah cerita apabila seluruhnya memiliki semangat dan loyalitas tinggi, bisa melakukan aksi nyata misalnya pertunjukan drama, melakukan kampanye anti korupsi melalui seni. Tetapi yang terpenting ialah harus bercermin dari diri kita, apakah kita sudah mampu untuk menghindari korupsi? Apakah kita bersih dari korupsi? Kalau kita saja masih terjangkit korupsi, misalnya korupsi waktu, jangan terburu-buru melakukan aksi karena esensi dan tujuan yang ingin dicapai tidak akan gemilang. Malu juga, melakukan aksi namun diri sendiri belum bersih. Oleh karena itu, mulai gerakan dari diri kita, baru menularkan ke orang lain. Evaluasi diri sendiri, karena segala sesuatu yang dimulai dari diri sendiri hasilnya akan jauh lebih baik, semangat menuju Indonesia Emas.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Oleh: Hikmatus Sabilil Izzah
Mahasiswi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik


            Pendahuluan
            Suku Tengger adalah suku yang mendiami kawasan Gunung Bromo dan tersebar diempat kecamatan di Jawa Timur yakni: Pasuruan, Lumajang, Probolinggo dan Malang. Suku Tengger merupakan permata Indonesia, kaya akan pusaka alam dan kaya akan pusaka budaya yang tak pantas untuk dilupakan. Hingga kini masyarakat tengger masih memegang teguh warisan budaya yang luhur walaupun pengaruh globalisasi kian meradang.
            Dari namanya asal-usul kata tengger berasal gabungan dua kata, yaitu teng dan ger. Keduanya merupakan akhiran kata dari dua nama, yaitu Roro An-teng dan Joko Se-ger. Hal itu terkait Legenda Roro Anteng dan Joko Seger. Menurut penuturan masyarakat setempat, diyakini bahwa mereka adalah keturunan Roro Anteng, yaitu seorang putri dari raja Majapahit dan Joko Seger, yaitu putera seorang brahmana. Asal mula nama suku Tengger diambil dari nama belakang Rara Anteng dan Jaka Seger. Keduanya membangun pemukiman dan memerintah di kawasan Tengger ini kemudian menamakannya sebagai Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger atau artinya “Penguasa Tengger yang Budiman”.
Suku Tengger di Gunung Bromo rutin mengadakan beberapa upacara adat dan yang terbesar adalah Hari Raya Yadnya Kasada atau Upacara Kasodo. Saat perayaan hari besar suku Tengger ini Gunung Bromo bukan hanya dikunjungi umat Hindu Tengger dari berbagai penjuru Taman Nasional Bromo Tengger Semeru tetapi umat Hindu dari Bali yang merasa mereka adalah keturunan dari Kerajaan Majapahit. Tidak hanya itu, saat upacara ini berlangsung, Pura Luhur Poten Bromo yang berada di antara Gunung Batok dan Gunung Bromo akan dikunjungi oleh banyak wisatawan dari berbagai negara dan penjuru Tanah Air.

Selain upacara Yadnya Kasada, ada juga Hari Raya Karo dan Unan-Unan. Berhubungan dengan siklus kehidupan warga suku Tengger juga diadakan ritual adat yaitu: saat kelahiran (upacara sayut, cuplak puser, tugel kuncung), menikah (upacarawalagara), kematian (entas-entas, dan lainnya), upacara adat berhubungan siklus pertanian, mendirikan rumah, dan juga terkait adanya gejala alam seperti leliwet dan barikan.
Makalah ini ditulis dengan tujuan membuka tabir kehidupan masyarakat suku Tengger dikaitkan dengan kearifan lokal serta mulitikulturalisme dan keberagaman agama yang ada di sekitarnya.

Hubungan Kearifan Lokal dengan Kehidupan Bermasyarakat Suku Tengger

Sebagaimana suatu masyarakat yang berpegang teguh pada warisan budaya leluhurnya, suku Tengger adalah cerminannya. Suku Tengger masih kental dengan nafas tradisi budaya yang luhur yang sampai kini masih terjaga dengan baik di tengah kondisi globalisasi yang mengancam budaya bangsa.
Salah satu bentuk kearifan lokal suku Tengger yang dipatuhi hingga kini adalah tradisi patuh terhadap empat guru, atau Guru Papat yakni: 1) Guru sing Kuwasa (Tuhan Yang Maha Kuasa), 2) Guru Wong Tuwa (Kedua orang tua yang mengasuh dan membesarkan”, 3) Guru Pemerintah (Penguasa negara yang memberikan perlindungan hokum), 4) Guru Ngaji atau Guru Pasinaon (Orang berilmu yang mengajarkan ilmu pengetahuan). Apabila seseorang patuh dan taat (bekti) kepada empat guru ini, maka dipercaya orang tersebut akan hidup nyaman, tenteram, damai dan sejahtera. Namun sebaliknya, jika tidak patuh niscaya hidupnya akan sengsara.
Dalam tradisi suku Tengger, kepatuhan dan ketaatan pertama harus ditujukan kepada Guru Sing Kuwasa, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa pencipta semesta alam beserta seluruh isinya. Guru Sing Kuwasa, tempat berlindung dan memohon. Upacara-upacara keagamaan yang rutin digelar masyarakat suku Tengger adalah salah satu bukti nyata ketaatan terhadap Guru Sing Kuwasa. Suku Tengger selalu taat demi terwujudnya keselarasan antara dirinya dengan Yang Maha Agung, para dewa, roh-roh halus, dan roh-roh leluhur mereka yang bersemayam di sekitar mereka. Apabila tidak terwujud keselarasan, maka dipercaya bencana atau musibah akan datang.
Dalam kepercayaan gaib suku Tengger, ada yang dinamakan walat, yakni bencana yang datang akibat dari seseorang yang tidak patuh terhadap aturan yang ditetapkan sesuai dengan kearifan lokal yang mreka yakini atau melanggar larangan dari Guru Sing Kuwasa.
Misalnya masyarakaat suku Tengger dilarang mncuri, sampai saat ini tingkat kejahatan di wilayah Tengger hampir menunjukkan angka nol. Hal ini selaras dengan kata Tengger yang dikatakan bahwa bermakna tengering budi luhur atau tanda keluhuran budi pekerti (Sutarto, 2001)
Ada suatu pernyataan di Tengger yakni, memek dom siji mengko mbaleken prekul artinya mengambil satu jarum mengembalikan satu kapak. Artinya, buah kejahatan yang diperbuat imbasnya akan jauh lebih besar dibanding kejahatan yang dilakukan., sehingga mengapa masyarakat suku Tengger sangat takut mencuri atau berbuat jahat.
Guru kedua yang dipatuhi adalah Guru Wong Tuwa yakni kedua orang tua. Orang tua adalah orang membesarkan dengan tulus. Suku Tengger sangat menghormati orang tua, anak-anak dari kecil telah diajarkan untuk senantiasa patuh.
Guru ketiga ditujukan kepada Guru Pemerintah yakni pemimpin negeri. Suku Tengger berkeyakinan bahwa mereka adalah bagian dari negara, dan Guru Pemerintah adalah pemimpinnya. Apabila patuh terhadap pemimpin negara, kana mereka akan nyaman, selamat dan terlindungi. Di kawasan Tengger belum pernah dijumpai aksi demonstrasi menentang kebijakan yang diputuskan pemerintah. Ketaatan mereka juga terwujud dalam membayar pajak, sampai-sampai bukan petugas yang mendatangi warga tapi warga yang mendatangi petugas.
Guru keempat yang dipatuhi suku Tengger ialah Guru Ngaji atau Guru Pasinaon. Guru Ngaji bagi suku Tengger adalah dukun Tengger yang menguasai ilmu agama dan tradisi luhur, sedangkan Guru Pasinaon adalah guru yang menguasai ilmu pengetahuan, membaca, menulis dan berhitung.
Suku Tengger meskipun mayoritas beragama hindu, tetapi mereka sangat menghormati orang atau tamu yag berkunjung ke rumah mereka. Pelayanan terhadap tamu sangat baik. Bahkan sajian makanan yang mereka berikan kepada tamu terkadang lebih baik daripada yang mereka makan dan minum sehari-hari. Mereka sangat bahagia apabila ada tamu yang mau berbincang-bincang dan makan di dapur sambil duduk di dekat perapian, hal ini menunjukkan rasa kekeluargaan suku Tengger yang tinggi. Sambutan hangat walaupun berbeda suku, agama dan budaya merupakan cerminan pribadi yang luhur. Sinisme dan antipati terhadap agama dan budaya lain tidak ditemui pada masyarakat suku Tengger.
Kearifan lokal lain dari suku Tengger adalah ajaran Welas Asih Pepitu (Tujuh Ajaran Cinta Kasih) yakni cinta kepada: 1)Hong Pukulun atau Kang Maha Agung (Tuhan Yang Maha Esa), 2)Ibu Pertiwi (Tanah Air), 3)Bapa-biyung (Ayah-ibu), 4)Jiwa-raga (Jasmani-rohani), 5)Sapadha-padhane (Sesama), 6)Sato Kewan (Binatang Peliharaan), 7)Tandur Tuwuh (Tanaman). Dan kearifan-kearifan lokal di suku Tengger yang masih banyak lagi.

Penutup
Kearifan-kearifan lokal yang terdapat di suku Tengger membuat mereka bisa hidup berdampingan secara rukun dengan masyarakat lain di sekitar wilayah mereka. Kearifan lokal yang ada menjaga suku Tengger dalam berperilaku dan berinteraksi dengan sesame manusia tanpa membedakan suku, agama dan budaya. Cerminan inilah yang patut dicontoh oleh masyarakat Indonesia, ditengah isu primordialisme dan etnosentrisme, suku Tengger dapat dijadikan panutan bahwa meskipun mereka memiliki ajaran tradisi yang dijunjung tinggi dan dipatuhi hingga kini, namun mereka tetap rendah hati. Saling hormat dan menghormati dengan masyarakat lain.
Kearifan lokal dalam kehidupan suku Tengger dapat menjadi rujukan kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk. Setiap sikap memberikan ajaran luhur, dan dapat berfungsi sebagai tameng untuk menangkal budaya-budaya yang tidak sesuai dengan Indonesia akibat proses globalisasi dan westernisasi.

Daftar Pustaka
___________. 2006. Saya Orang Tengger, Saya Punya Agama. Jember: Kompyawisda bekerjasama dengan Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu
Widyaprakoso, Simanhadi. 1994. Masyarakat Tengger Latar Belakang Daerah Taman Nasional Bromo. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
___________.  2003. “Perempuan Tengger Sosok yang Setia pada Tradisi”. Bende Media Informasi Seni dan Budaya. Surabaya: Pemerintah Propinsi Jawa Timur Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Taman Budaya.


*ditulis sebagai persyaratan mengikuti Study Excursie Universitas Airlangga 2013
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Rumah hati, tempat menggantungkan harapan, tempat di mana lahir secercah masa depan. Rumah hati ialah sebuah mimpi, selalu bergerilya dalam angan untuk segera menjadi kenyataan. Menunggu para patriot yang siap mengabdi untuk membagi kasih, menjadi relawan di rumah hati.
Apabila kita mau peka, mari kita lihat sekeliling kita. Ada berapa banyak anak jalanan yang terlunta-lunta nasibnya. Berapa banyak jiwa yang hampa, tanpa ada kepedulian sosial dari masyarakat yang membiarkan mereka hidup dalam belenggu dunia tanpa cahaya. Hingga baru-baru ini media mulai menyoroti kehidupan para pengemis dan pengamen jalanan dengan tagline “Pengemis Kaya” yang mayoritas bernada negatif dan mengucilkan. Dari sekian banyak pengemis dan gelandangan, ada ribuan anak yang menjadi bagian dari mereka yang kemudian disebut sebagai anak jalanan (anjal).
Anak jalanan bukanlah pemandangan baru, apalagi di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Berdasarkan keterangan Ketua LSM Swara di Jakarta yakni Endang Mintarja, anak jalanan yang ada di Jakarta kebanyakan masih memiliki keluarga dan seharusnya mereka bisa sekolah, namun mereka kebanyakan memilih bekerja sebagai pengamen ataupun pengemis. Berbeda dengan sumber data Komisi Perlindunga Anak (KPAI) yang menyatakan bahwa jumlah anak terlantar dan anak jalanan di Indonesia pada tahun 2012 yang lalu mencapai 18 ribu, 300 ribu diantaranya menjadi anak jalanan di kota besar di seluruh Indonesia. 95 persen anak jalanan berasal dari keluarga miskin, berpendidikan rendah, dan lingkungan yang ekspoloitatif terhadap anak.
Sebagian masyarakat prihatin, namun tidak sedikit pula yang mencemooh dan memandang sinis. Terlepas dari seluruh pandangan masyarakat mengenai anak jalanan, tetap saja nurani akan terusik mana kala melihat kenyataan anak-anak yang seharusnya berada dalam kehidupan yang normal, bermain, belajar, hidup dengan kasih sayang orang tua harus mengalami kenyataan pahit dengan menjalani keseharian menjadi pengamen. Masihkah masyarakat diam dengan kondisi seperti ini, berpura-pura tidak tahu, menutup telinga dan mata, seakan-akan fenomena tersebut adalah mutlak tanggung jawab penuh pemerintah. Padahal, dari kejadian itu ada tanggung jawab kita sebagai mahluk sosial untuk mengayomi anak jalanan.
Mungkin dengan memberi uang tidak akan mendidik dan akan membentuk mental anak menjadi mental pengemis. Namun, masih ada banyak jalan untuk merubah hal yang kini terjadi, menciptakan perubahan untuk Indonesia yang lebih baik. Bagi saya, tidak ada yang lebih mendidik daripada pendidikan itu sendiri. Menurut saya, anak jalanan harus dibina dan dididik dengan kreatifitas. Mungkin akan banyak berbagai penolakan ketika mereka semua diajak belajar, karena uang telah melekat dalam pemikiran mereka. Akan butuh banyak kerja keras dan pemikiran-pemikiran yang out of the box untuk mengatasi masalah yang rumit. Anak jalanan bukan berarti enggan belajar, maka dari itu harus ada penggabungan unsur seni dan edukasi.
Rumah Hati harus segera hidup dengan jiwa-jiwa yang penuh semangat, patriot-patriot ini yang akan menjadi sumber inspirasi, sumber di mana pemikiran-pemikiran yang out of the box muncul, dan sumber dari segala awal perubahan. Dan semuanya ini harus ada yang mau mengawalinya. Rumah Hati tempat patriot-patriot, anak jalanan, belajar dan mengajar dengan hati. Mengajar apa yang menjadi passion anak jalanan tanpa melepaskan sisi edukasi. Rumah Hati akan mengajarkan keterampilan-keterampilan yang akan menghasilkan uang tanpa ada paksaan kepada anak jalanan agar mau bergabung, karena tujuan dari Rumah Hati adalah segalanya bersumber dari hati yang tulus dan ikhlas. Rumah Hati akan dengan tangan terbuka menampung anak jalanan yang ingin belajar, mewadahi berbagai bakat mereka utamanya dalam musik, dan akan ada di mana saatnya anak jalanan ini muncul dan memberikan persembahan kepada masyarakat, membuktikan bahwa anak jalanan bukanlah sampah, tapi mereka semua emas yang berharga bagi bangsa Indonesia. Tidak ada bangsa yang maju tanpa ada generasi yang tangguh, dam sumber dari generasi yang tangguh ialah anak.
Mari menebar pemikiran positif dan semangat menginspirasi. Ini bukan saatnya di mana kita berkeluh kesah menuduh pemerintah tidak peka, tidak responsif terhadap permasalahan bangsa utamanya anak-anak terlantar dan anak jalanan. Bukan masanya kita hanya menuntut pemerintah melakukan gerakan revolusioner. Karena semua perubahan ada dalam diri kita masing-masing. Sejauh mana perubahan itu bisa mengubah Indonesia menjadi lebih baik, tergantung semangat dan loyalitas kita juga. Semakin besar semangat dan perjuangan kita, akan semakin besar perubahan yang bisa diciptakan. Inilah saatnya menyatakan diri, mampu dan siap menjadi patriot-patriot Rumah Hati demi perubahan Indonesia, demi perubahan dunia.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Perjuangan UN-SNMPTN 2013

Kelas XII kemarin saya makin ngebut belajar. Jalur SNMPTN ternyata bukan hanya untuk anak-anak terpilih seperti tahun lalu, tapi semua anak SMA/MA/SMK berhak mengikuti SNMPTN. Otomatis saingan makin banyak sehingga aku juga harus makin semuuuaaaangat!!!

Dipikir-pikir lagi mau ngga mau saya harus keterima SNMPTN, itu kesempatan emas saya bersaing tanpa tes. Jalur SBMPTN juga disiapkan sih, tapi kayaknya susah deh nembus SBMPTN, dan kalau mentok ga keterima palingan masuk lewat MANDIRI dan uangnya itulohhhh ga sedikit kan kasihan orangtua juga pek. Maka dari itu pasang strategi yang bagus kalau mau diterima jalur SNMPTN. Sadar diri tapi tetep sesuaikan dengan passion.

Tapi, makin galau-lah saya lihat review nilaiku agak nyesel juga kenapa kelas X terlalu banyak waktu luang.
Semester satu rangking 22 pararel, semester dua rangking 18 pararel, semester 3 IPS rangking 2 pararel, semester 4 IPS rangking 2 pararel, semester 5 targetku rangking 1 paparel Alhamdulillah terwujud. Hanya saja sewaktu kelas X rangking agak ngenes. Yaaah, penyesalan selalu datang terlambat. Akibat males-malesanku di kelas X dulu, kelas XII harus kerja keras, harus rajin ikut Bimbingan Belajar Intensif, Rajin baca buku-buku pelajaran jaman kelas X sama XI dan tiap hari saya harus ikhlas makan soal-soal tryout dari buku Detik-Detik. Buat ngelakuin itu ternyata susah bangeeeeet. Godaannya ituloh, kadang nyesek sendiri lihat temen-temen yang pada pulang setelah KBM dang a ikut BBI, tergoda juga ikut bolos tapi sadar kelas X dulu kaya apa hmm yaudahlah jalanin nasib demi nilai semester 5 dan 6 yang bagus modal masuk SNMPTN dan modal menjalani UN 20 PAKET!!! L

UN makin deket, makin banyak  tawaran-tawaran menggiurkan soal “kunci jawaban”. Hellooooh ini UN 20 paket lo. Sempet nggalau-nggalau ga jelas gitu mau UN tapi yaweslah let it flow. 
UN berlalu dan galaw lagi. Sempet mikir sampe stress gitu guling-guling sendiri di kamar. Gimana ya misal ga lulus? Gimana ya missal ga lolos? Hwaaah sampe akupun mikir gpp wes ga lolos SNMPTN yang penting lulus UN. Kalo ga lolos SNMPTN kan banyak temennya, nah kalo ga lulus UN kan malu pek! Sadar kalo soalnya UN bikin rambut rontok dan sesek dada. -_-


Ya akhirnya penantian panjang tiba, aku lulus UN dan lolos SNMPTN. Alhamdulillah perjuangan berdarah-darah terbayar sudah pek. Pas Purnawiyata juga jadi momen yang indah banget, masuk jajaran 10 siswa berprestasi, jadi perwakilan kelas XII yang menyampaikan sambutan kesan pesan dan yang ga aku sangka jadi peraih nilai UN terbaik IPS se SMAN 3 Jombang dan peringkat 5 se Jombang. Puji Syukur. Alhamdulillah rahmat dari Allah ga berhenti-berhentinya untuk aku, pas lihat pengumuman seleksi SNMPTN aku keterima di Universitas Airlangga Prodi Ilmu Administrasi Negara.  Sekarang aku percaya, apabila kita usaha dan doa dengan ikhlas Allah pasti akan memberikan yang terbaik. Allah Maha Adil 




Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Ini surat saya yang menjadi juara nasional, juara 1 Lomba Menulis Surat Untuk Presiden dan Wakil Presiden Indonesia tahun 2009-2012 Kategori Pelajar dan Mahasiswa

YTH.  Presiden  RI  Susilo  Bambang  Yudhoyono
            YTH.  Wakil  Presiden  RI  Boediono
            Assalamualaikum  Wr.Wb
            Salam  hangat  beribu  hormat,
Merdeka ¦ merdeka ¦ merdeka
            Bapak Presiden dan Wakil Presiden RI yang  terhormat, melalui surat yang sederhana ini, saya ingin menuangkan semua gagasan dan harapan saya kepada pemimpin teratas RI yang secara langsung dipilih oleh bangsa Indonesia. Saya sebenarnya merasa kerdil untuk mengirimkan surat ini, saya hanya seorang pelajar SMP di sebuah kota kecil, namun kobaran semangat terus memompa diri saya untuk meluapkan semua harapan dan gagasan saya kepada Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, agar dibaca, dan semoga bila bermanfaat bisa diterapkan dalam masa pemerintahan dalam masa lima tahun ke depan, hanya itu doa saya.
           
Kiranya Bapak Presiden dan Wakil Presiden mengetahui bagaimana wajah dunia pendidikan kita saat ini. Ya terpuruk, penuh dengan ketidak adilan. Sekolah elite makin berjaya, sekolah desa makin nelangsa, demikianlah opini saya. Saya turut merasakan Sekolah elite makin berjaya , sekolah desa makin nelangsa. Saya melihat teman-teman dikampung saya yang sekolah di SMP desa kurang sekali perhatiannya. Berangkatnya siang sekali, pakaiannya rata-rata sangat sederhana, dan tak sedikit juga yang kusam karena warnanya yang tak lagi putih, melainkan kuning, sepatunya banyak ventilasinya (sobek-sobek), buku juga seadanya, padahal SMP itu adalah SMP negeri yang tentu saja berada di bawah kendali dan tanggung jawab pemerintah. Jika sekolah, para murid buru-buru ingin segera pulang, bukan untuk bermain, melainkan untuk membantu pekerjaan orang tua mereka yang rata-rata buruh tani. Sekolah hanya mengandalkan satu papan tulis hitam dan menggunakan kapur untuk alat tulisnya, tentu saja sangat berdebu. Buku paket dan tulis yang dipakai pun seadanya, buku bantuan dari pemerintah merupakan buku paling berharga bagi mereka.
            Hal itu berbeda sekali dengan sekolah saya yang berada di tengah kota yang berjarak sekitar 14 km dari rumah. Seragam teman-teman saya semuanya putih bersih, sepatunya hitam mengkilat, buku yang sudah dipinjami oleh perpustakaan masih dirasa belum cukup bagi kami. Sehingga, harus mencari buku lain yang bisa menjadi sumber pengetahuan lebih luas. Papan tulis kami ada 2 berwarna putih dan menulisnya menggunakan spidol. Tiap kelas ada TV dan VCD. Hal ini sangat jauh berbeda dengan SMP pedalaman yang jaraknya dekat dengan rumah saya, cerita teman saya Jika kami akan memutar video, harus ke kantor guru, TV-nya masih hitam putih.
Jika kami pergi ke laboratorium komputer, setiap anak menempati satu meja komputer Windows Vista. Kalau mereka, tiap komputer ber-pentium dua atau yang terbaik Pentium tiga, itupun harus digunakan 4-5 orang anak, namun mereka selalu bersyukur sudah diberi kesempatan menjamah tekhnologi. Rasa syukur itu tak luntur.
            SMP saya semuanya serba wah, karnaval 17 Agustus mewah, gerak jalan juga wajib juara, olimpiade tak ada kata kalah, lomba-lomba lain tak perlu ditanya karena hasilnya selalu sempurna. Sedangkan SMP yang ada di desa, apa yang mereka lakukan? Mereka juga ingin menjadi pemenang, tapi bagaimana itu bisa tercapai kalau tak ada kucuran dana, wawasan masih terbelakang, pengetahuan seadanya. Bagaiman mereka bisa maju kalau keadaannya masih begini-begini saja? Bagaiamana mereka bisa menjadi bangsa yang berprestasi kalau upayanya belum maksimal, dan kurang memperhatikan para generasi penerus bangsa? Perlu saya ceritakan kembali hal yang selalu menjadi motivator saya, yaitu peristiwa sejarah munculnya golongan terpelajar, dan professional yang mengawali pergerakan kebangsaan di Indonesia.
            Saat itu, Belanda mengeruk keuntungan melimpah dari tanah jajahan mereka, Indonesia. Namun, mereka tidak peduli dengan nasib bangsa Indonesia. Pada situasi seperti itu, muncul tulisan Van Deventer berjudul Een Eerschuld (Hutang Kehormatan) pada majalah de Gids tahun 1899. Dalam tulisannya Van Deventer mengecam kolonial Belanda, Belanda harus membalas dengan memberi kesejahteraan bagi Indonesia. Sehingga Ratu Belanda menanggapi kritikan tersebut dan menerapkan politik etis, antara lain:
a.)      Memperbaiki irigasi agar meningkatkan produksi pertanian. Namun, hasil pertanian dibawa lagi ke Belanda
b.)      Menganjurkan transmigrasi untuk mengurangi kepadatan penduduk pulau Jawa. Namun, di tanah transmigrasi mereka dijadikan para pekerja dengan gaji sangat murah
c.)      Menyelenggarakan edukasi (pendidikan) bagi bangsa Indonesia.
Hal yang ke-3 inilah yang sangat bermanfaat bagi bangsa Indonesia. Hal nomor 1 dan 2 hasilnya diambil lagi oleh Belanda. Namun, apakah pengetahuan bisa diambil lagi? Tidak mungkin. Hal tersebut menyadarkan saya, bahwa betapa pentingnya pendidikan itu. Harta, Benda, Nyawa bisa diambil, namun pengetahuan tidak dapat dicabut oleh apapun.
Harapan saya sederhana, pendidikan di Indonesia bisa merata dalam segala hal, mulai dari pelosok hingga ibukota. Berikan mereka pendidikan dan pengetahuan yang sebaik-baiknya.  Agar para generasi penerus bangsa bisa maju seperti negara lain. Kalau pendidikan di Indonesia berkualitas, kenapa harus pergi jauh-jauh sekolah di luar negeri yang tentu menguras biaya tidak sedikit. Mari kita awali kemerdekaan Indonesia yang ke-64 ini dengan mengisi cerita indah bagi dunia pendidikan Indonesia.
Demikan surat dari saya, hal-hal yang kurang berkenan mohon dimaafkan.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Jombang, 17 Agustus 2009


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


"Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina" kalimat pelesat semangat ini tentu tak asing lagi kan? ilmu itu sangat penting bagi kehidupanmu, baik sekarang maupun akan datang. Tidak seorangpun yang bisa membatasi ruang kita untuk menuntut ilmu di manapun dan kapanpun.

Mencari ilmu tidak hanya bisa diawali dari bangku sekolah. Sekali lagi, di manapun artinya di manapun kita berpijak kita bisa dapat ilmu. Asyik kan? di mana saja, gratis! Kalo sekolah kan masih ada pungutan-pungutan walau udah ada BOS...

Tidak hanya berkewajiban menuntut ilmu saja, kita juga harus and wajib hukumnya buat mengamalkannnya, biar ilmunya manfaat and barokah! Gak etis dong kalo punya ilmu banyak tapi gak diamalkan, apa kata dunia? jangan khawatir teman, meskipun ilmunya kita bagi-bagi ke sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang gak bakal habis kok, malah banyak manfaatnya bagi kita, selain gak gampang lupa, juga dapat pahala, trus Insya Allah ilmu kita juga makin bertambah, wow !!? Ingat juga pepatah "Ilmu yang tidak diamalkan bagai pohon tanpa buah".

Pada zaman Rasullulah, para sahabat nabi saling berlomba-lomba menuntut ilmu. Orang yang menempuh perjalanan mencari ilmu sama dengan orang yang sedang menempuh perjalanan menuju surga (mencari kebenaran lagi baik dan menguntungkan adalah pintu menuju surga). Malaikat juga akan melekatkan sayapnya untuk para pemburu ilmu dan seluruh penghuni bumi. Bumi akan berdoa memohonkan ampun bagi pemburu ilmu. Nabi tidaklah mewariskan harta, tapi ilmu. Karena ilmu lebih utama segalanya daripada harta. Maksudnya, ilmu bila diamalkan akan bertambah, sedangakn harta akan berkurang. Ilmu tuh juga gak akan lenyap, bahkan tetap abadi, sedangkan harta akan lenyap. Ilmu dibawa sampai kubur, kalo harta? gak kan?

Allah SWT telah menjaga pertahanan kaum muslimin dengan Mujahidin dan menjaga syariat Islam dengan para pemburu ilmu. Sebagai firmannya:
"Tidaklah sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak dan tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepada-NyA, SUPAYA MEREKA ITU DAPAT MENJAGA DIRINYA. (QS. At-Taubah : 122)

So, semangat terus menuntut ilmu, semoga kelak kita sukses karena ilmu yang bermanfaat. Amien....
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hidup takkan pernah menujukkan terangnya saja, gelap pun akan muncul menampakkan eksistensinya. Hidup digambarkan sebagai warna, ada warna gelap, dan ada warna terang, kedua warna itu akan membentuk suatu gradasi warna yang harmonis. Dalam kejauhan mengejar kehidupan, terkadang terasa lemah langkah kaki bertemu suka duka, pahit manis perjuangan mewarnai kehidupan menyembuhkan semangat yang kadang mengecil, namun hidup terlalu berharga untuk kita mengalah, jalani hidup sebaik mungkin.

Hidup ini berwarna-warni. Ada kala warnanya cerah dan menenangkan, ada kala warnanya gelap dan menyesakkan. Warna-warni kehidupan inilah yang membuatkan kita dapat hidup sebagai seorang manusia normal yang tidak monoton, tidak sentiasa menang dan tidak sentiasa kalah. Tidak sentiasa lemah dan tidak sentiasa kuat.Warna-warni dalam kehidupan itu adalah lambang kehebatan Allah yang maha menciptakan. Supaya kita sadar bahawa hidup kita ini tidak selalu berjalan menurut kemauan kita, ada kuasa luar yang mengatur perjalanan hidup kita dan mengatasi aturan-aturan yang kita buat. Tidak akan mungkin ada orang yang mampu menciptakan suasana senj` yang berbeda-beda, atau pagi yang sentiasa ada kelainan. Kadangkala suasana itu dingin sejuk dan adakala ia panas membakar. Alam ini adalah pameran Allah yang terpampang depan mata kita. Adakah kita masih tidak mau melihat setelah kita merasakan nikmatnya berada di atas muka bumi ini?Kita melalui beberapa fase dalam kehidupan kita. Dalam setiap jalan yang kita lalui, pasti ada sesuatu yang baru yang kita peroleh. Terlalu banyak ‘sesuatu’ yang belum kita lihat dan terlalu banyak jalan yang belum kita lalui. Boleh jadi kita takkan mampu menemukan segalanya dalam sela masa umur yang diberikan di dunia ini. Dalam setiap fenomena yang berlaku dalam kehidupan kita pasti ada hikmahnya, dan ada warna-warninya.Warna-warni kehidupan inilah yang membuat terbentuknya corak kehidupan yang indah dipandang mata. Setiap orang mungkin berhadapan dengan corak kehidupan yang indah-indah dan menyenangkan, namun ada juga mereka yang hidupnya sentiasa dirundung duka dan lara. Semuanya penuh hikmah, pasti ada hikmah. Tatkala ada Allah yang mengetahui segala-galanya, pasti ada sesuatu yang bernilai di sebalik setiap peristiwa. Patutkah kita merasakan bahawa alam semula itu terjadi dengan sendiri dan atas kemauan alam sendiri? Atau kita menyangka segala kebetulan dalam kehidupan kita ini berlaku karena Allah melepas pandang? Tidak! Tidak ada kebetulan bagi Allah melainkan semuanya berada dalam Kuasa-Nya. Kerana itu janji Allah tatkala Dia berfirman:“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Al-Mu’minuun, 23:115)Warna-warni kehidupan itu bukan untuk dikeluh-kesahkan, tapi sengaja ditimpakan oleh Allah ke atas kehidupan kita untuk mengajar kita mengenal-Nya, dan mendidik kita agar lebih bersedia maju ke hadapan, ke suatu destinasi akhir yang selama-lamanya. Warna-warni inilah yang membuatkan kita lebih matang dan tidak cepat berpuas diri. Semakin beragam warnanya, semakin banyak corak-corak yang akan mengisi ruang kehidupan kita.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
hanya perjuangan hidup yang nyata yang dapat mengajarkan kepada kita (red: manusia)akan arti keindahan dan nilai kehidupan.
Add caption

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
DUA SISI WAJAH INDONESIA
(INDONESIA DI BALIK LAYAR)

Dalam kejauhan mengejar kehidupan, terkadang terasa lemah langkah langkah kaki bertemu bertemu suka duka, pahit manis perjuangan mewarnai kehidupan menyembuhkan semangat yang kadang mengecil, namun hidup terlalu berharga untuk kita mengalah, jalani hidup sebaik mungkin.

Di tengah suasana yang mulai hilang gairahnya, berjalan seorang bapak berbadan kekar, dengan senyum yang menebar, berjalan di tengah ballroom dengan tegap menuju podium.
Riuh tepuk tangan membahana ketika beliau ini menyapa kami semua. Beliau adalah, Bapak H. Ahmad Malikan yang merupakan ketua veteran pembela kabupaten Jombang.
Di usia yang tak lagi dikata muda, masih terlihat gurat-gurat semangat yang membara dari raut muka beliau. Terbukti dari suaranya yang bergema lantang, tegas, antusias.
Acara terakhir di hari pertama LDK PLASMA yang bertajuk “Kisah Mereka” dikemas  dengan gaya talkshow ala Kick Andy.
Awalnya, aku mengira bahwa Bapak Malikan mau promosi TNI, AKABRI, dsb pada peserta LDK, tapi dugaan itu salah. Walaupun pertama ngobrol masalah gaji TNI, AKABRI dan tunjangan-tunjangannya yang lain-lain itu, tapi lama-lama aku juga menikmati dan larut dalam talkshow kali ini.
Bapak Malikan, menceritakan sepenggal kisahnya ketika masih berjuang untuk membela Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perjuangannya ketika berjuang merebut kota Dili di Timor-timor, perjuangannya ketika menggagalkan aksi pencurian di pertamina oleh mariner yang membuat beliau nyaris tertembak, dan perjuangan-perjuangan beliau yang lain yang masih belum sempat terkuak dalam forum.
Perjuangan-perjuangan yang luar biasa. Terbayangkan ketika aku di posisi Bapak Malikan, andai aku yang nyaris tertembak peluru, andai aku saat itu yang yang berhadapan dengan musuh, andai aku yang berkorban meninggalkan anak-isteriku untuk Indonesiaku, andai aku juga yang mati di medan perang saat itu…
Begitu dahsyatnya semangat kepahlawanan saat itu. Mungkinkah aku mau? Mungkinkah aku mampu? Mungkinkah aku terus maju apabila ada di posisi seperti itu? Mungkinkah aku takkan gentar dengan tembakan dai musuh? Mungkinkah nyaliku takkan ciut?
Aku mulai tersadar, selama aku hidup 16 tahun di Indonesia ini, aku belum berkontribusi apa-apa. Bisa dibayangkan 16 tahun, bila dihitung hari ada 5840, apalagi dihitung jam ada 140.160, 8.409.600 menit, 504.576.000 sekon. Dan selama 504.576.000 sekon aku hidup ber lantai dan beratapkan bumi pertiwi, aku belum pernah berbuat ‘sesuatu’ yang baik untuk negeriku. Ironis!
Nasihat-nasihat yang terselip dari kata-kata yang diucapkan Bapak Malikan, menggores dalam-dalam di kalbu. Gapai cita-citamu dulu, bukan gapai cintamu! Raih dan genggam ijazahmu, bukan raih dan genggam surat nikahmu. Subhanallah.
Ketika beliau bercerita pula tentang wajah pemuda Indonesia saat ini, ketika beliau mengungkapkan betapa ironisnya generasi muda kini, dan ketika beliau bercerita tentang bobroknya moralitas bangsa, aku kian malu. Betapa tidak, berapa persen remaja yang melakukan seks pra nikah? Berapa banyak remaja yang melakukan aborsi? Berapa banyak remaja yang merupakan konsumen narkoba? Miris kalau membaca hasil survey terakhir Komisi Perlindungan Anak (KPA) yang mengungkapkan bahwa 97% remaja di Indonesia pernah menonton maupun mengakses situs porno. 93% pernah berciuman, 62,7% pernah berhubungan badan, dan 21% remaja telah melakukan aborsi. Termasukkah kita dalam remaja di atas?
Saat itu juga aku terketuk untuk bertanya kepada Bapak Malikan, “Sebagai pejuang yang turut mebela kesatuan NKRI ini, bagaimana perasaan bapak ketika melihat kondisi generasi bangsa saat ini yang cenderung bersikap kebarat-baratan, pergaulan bebas, pornografi, pornoaksi, lifestyle, mainset, yang seakan-akan itu bukan lagi bangsa kita. Dan jangankan untuk ikut berperang membela NKRI, untuk upacara saja ogah-ogahan. Ini menandakan nasionalisme kita sudah makin pudar. Bagaimana tanggapan bapak?”
Kemudian Bapak Malikan menjawab, “Memang dasar-dasar pendidikan nasionalisme sudah kurang sekali di tanamkan dalam pelajaran di sekolah, sehingga karakter bangsa kita luntur. Jarang sekali ditanamkan penjabaran dan pengamalan dari butir-butir pancasila, padahal dasar Negara kita adalah pancasila.  Harusnya di mulai dari diri sendiri. Saatnya berubah dari diri kita.”
“Lalu, apakah pendidikan wawasan kebangsaan, penanaman nasionalisme, dan sejarah nasional, perlu dimasukkan lagi pada KTSP? Saat ini memang ada pelajaran PKn, maupun sejarah nasional, tapi itu tidak cukup membantu Negara dalam pencapaian peningkatan nasionalisme di Indonesia.”
“Sekali lagi, semua memang sulit kalau tidak ada kesadaran dari masing-masing dirinya, sehingga semua pembelajaran itu harus dimulai dari diri sendiri. Akan sia-sia sistem pendidikan di Indonesia memprogramkan pendidikan wawasan kebangsaan, dll namun dari diri pemuda sendiri tidak ada keinginan untuk berubah. Inilah tugas kalian untuk merubah mainset generasi bangsa yang menjadi pilar bangsa ini suatu hari nanti.”.
Dua sisi wajah Indonesia.
Indonesia tempoe doeloe, yang memiliki pemuda-pemudi berkarakter luhur, berbudi mulia, tangguh, tangkas, berkemauan keras, hebat, berdidikasi, loyalitas, jujur, penuh antusias dan semangat, semua luar biasa.
Indonesia masa kini, era globalisasi, berpemuda-pemudi angkuh, aneh, bergaya ala barat dengan lifestyle yang bobrok, mental yang picik, nurani dan hati yang tumpul, egois, mengejar kepuasan dunia, dan tak pernah berpikir akan kemajuan bangsa.
Di balik layar Indonesia, terungkap sudah semuanya. Akankah hati kita masih tumpul untuk berjuang demi Indonesia? Jawaban ada dalam hati anda.
Adakah secuil harapan Indonesia yang bertumpu pada pundak anda? Hanya anda yang bisa menjawabnya.
Bangkitlah, berubahlah. Tidak ada kata terlambat untuk sebuah kebaikan. Jalan itu masih terbentang, untuk kita kawan.
Dan, sebuah hidup menuntun kita ke arah yang lebih cerah. Bukan terpaku pada realita, dan pasrah terhadap apa yang ada. Arti hidup adalah kita yang benar-benar bersusah-susah untuk tetap hidup meski dalam selimut gelombang yang luar biasa, yang mampu menenggelamkan kita kapan saja, kapan saja yang dia mau.
Tuhan takkan mengubah nasib suatu kaum sebelum dia mau berusaha merubah nasibnya sendiri.

Bangunlah dikala fajar belum menampakkan diri. Maka kau akan menemukan keindahan perpaduan langit yang masih setengah gelap dengan semburat oranye sang Surya. Mengubah subuh menjadi pagi, membuat langit menjadi cerah. Dan inilah saatnya kamu bangkit, memulai aktivitas diri, dan jangan kamu berhenti, sampai Tuhan memerintahkan Izroil menjemput nyawamu. Jadilah yang luar biasa, mulailah ber-evolusi, jadikan cerahnya bumi sebagai semangatmu, takkan luntur, takkan timbul-tenggelam. Hampiri suksesmu!

Jombang, 3 November 2011
23:13 WIB







Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Bila kamu sedang menunggu seseorang untuk menjalani kehidupan menuju Ridho-Nya, bersabarlah dengan keindahan.
Demi Allah, dia tak datang karena ketampanan, kecantikan, kepintaran, dan kekayaanmu. Tapi Allah yang mengarahkan dia untuk datang kepadamu.
Maka, janganlah tergesa dalam mengekspresikan cinta padanya sebelum Allah mengijinkan. Karena belum tentu yang kamu cintai adalah yang terbaik untukmu.
Simpanlah segala bentuk ungkapan cinta dalam hati. Niscaya Allah akan menjawab dengan lebih indah di saat yang tepat.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Older Posts

About me



Holla, I'm Hikmatus Sabilil Izzah or known as Hikma (22 yo). I recently graduated from college with bachelor degree in Public Administration at Airlangga University. This is my page to talk about travel, lifestyle, and my thoughs. I started to traveling since 3 years ago, and my first country is Malaysia. Since then, I've backpacked through Asia and Indonesia. Thanks so much for reading. I'm so glad you're here!




SOCIAL MEDIA




Categories

  • China (1)
  • college (11)
  • conference forum (2)
  • Culinary (3)
  • Indonesia (2)
  • Jawa Timur (1)
  • jepang (6)
  • Kuala Lumpur (2)
  • life (18)
  • Macau (1)
  • Malaysia (2)
  • online shopping (1)
  • opinion (18)
  • paspor (1)
  • review (2)
  • sajak (1)
  • Semarang (1)
  • thought (24)
  • tips (3)
  • traveling (12)
  • visa (2)

recent posts

Blog Archive

  • ▼  2018 (5)
    • ▼  Juli (2)
      • WEEKEND GETAWAY: 3D2N MENJELAJAH KOTA SEMARANG
      • 10 Jam di Macau
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2017 (9)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (8)
  • ►  2016 (4)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2015 (2)
    • ►  Juni (2)
  • ►  2014 (14)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (12)
  • ►  2013 (4)
    • ►  September (4)
  • ►  2012 (6)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2011 (7)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
Diberdayakan oleh Blogger.

VISITORS

Popular Posts

  • 10 Jam di Macau
    Semenjak bergabung di grup facebook Pemburu Tiket Promo, aku jadi lumayan update tentang promo tiket murah. Pada bulan September 2017, sese...
  • WEEKEND GETAWAY: 3D2N MENJELAJAH KOTA SEMARANG
    Sepulang dari jalan-jalan HK dan Macau, seminggu kemudian adikku mengutarakan keinginannya untuk mencoba solo traveling ke Semarang. Sebag...

Created with by ThemeXpose