Seegois itu ternyata manusia. Sore ini hatiku benar-benar tersentil. Jadi memang kalau di Surabaya, selepas jam 3 sore, jalanan mulai ramai dan padat. Tadi, ada mobil ambulance yang melintas dengan sirine yang berbunyi kencang namun mobil-mobil lain tidak ada yang mengalah untuk sekedar meminggirkan kendaraannya, bahkan motor-motor malah menyelip dan mengambil posisi tepat di depan ambulance tersebut. Definisi tidak peka sebenarnya!
Aku tau semua orang ingin cepat sampai ditujuan. Aku tau semua orang muak dengan kemacetan dan polusi di jalanan. Aku tau karena aku sebenarnya juga seperti itu: ingin cepat sampai dan emosi kalau sudah melaju di atas aspal. Tapi, tapi... apakah hati kita setumpul itu sampai tidak memberikan jalan bagi ambulance yang di dalamnya tergeletak manusia lain yang sedang sekarat dan harus segera ditolong.
Aku kira keegoisan manusia di jalan itu hanya sebatas merokok di jalan tanpa peduli asap dan sisa pembakarannya mengganggu manusia lainnya. Aku kira hanya sebatas meludah di jalan tanpa peduli manusia lain jijik melihatnya. Atau keegoisan itu terwujud ketika manusia enggan untuk berhenti sejenak meskipun ada orang menyebrang, dan langsung membunyikan klakson meskipun lampu hijau baru menyala beberapa detik.
Oh seseorang, tolong kasih tau kalau aku cuman berburuk sangka. Kasih tau aku kalau tadi cuman sebuah kebetulan saja menjumpai kondisi yang semacam itu. Tolong...