PATRIOT RUMAH HATI

by - Maret 09, 2014

Rumah hati, tempat menggantungkan harapan, tempat di mana lahir secercah masa depan. Rumah hati ialah sebuah mimpi, selalu bergerilya dalam angan untuk segera menjadi kenyataan. Menunggu para patriot yang siap mengabdi untuk membagi kasih, menjadi relawan di rumah hati.
Apabila kita mau peka, mari kita lihat sekeliling kita. Ada berapa banyak anak jalanan yang terlunta-lunta nasibnya. Berapa banyak jiwa yang hampa, tanpa ada kepedulian sosial dari masyarakat yang membiarkan mereka hidup dalam belenggu dunia tanpa cahaya. Hingga baru-baru ini media mulai menyoroti kehidupan para pengemis dan pengamen jalanan dengan tagline “Pengemis Kaya” yang mayoritas bernada negatif dan mengucilkan. Dari sekian banyak pengemis dan gelandangan, ada ribuan anak yang menjadi bagian dari mereka yang kemudian disebut sebagai anak jalanan (anjal).
Anak jalanan bukanlah pemandangan baru, apalagi di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Berdasarkan keterangan Ketua LSM Swara di Jakarta yakni Endang Mintarja, anak jalanan yang ada di Jakarta kebanyakan masih memiliki keluarga dan seharusnya mereka bisa sekolah, namun mereka kebanyakan memilih bekerja sebagai pengamen ataupun pengemis. Berbeda dengan sumber data Komisi Perlindunga Anak (KPAI) yang menyatakan bahwa jumlah anak terlantar dan anak jalanan di Indonesia pada tahun 2012 yang lalu mencapai 18 ribu, 300 ribu diantaranya menjadi anak jalanan di kota besar di seluruh Indonesia. 95 persen anak jalanan berasal dari keluarga miskin, berpendidikan rendah, dan lingkungan yang ekspoloitatif terhadap anak.
Sebagian masyarakat prihatin, namun tidak sedikit pula yang mencemooh dan memandang sinis. Terlepas dari seluruh pandangan masyarakat mengenai anak jalanan, tetap saja nurani akan terusik mana kala melihat kenyataan anak-anak yang seharusnya berada dalam kehidupan yang normal, bermain, belajar, hidup dengan kasih sayang orang tua harus mengalami kenyataan pahit dengan menjalani keseharian menjadi pengamen. Masihkah masyarakat diam dengan kondisi seperti ini, berpura-pura tidak tahu, menutup telinga dan mata, seakan-akan fenomena tersebut adalah mutlak tanggung jawab penuh pemerintah. Padahal, dari kejadian itu ada tanggung jawab kita sebagai mahluk sosial untuk mengayomi anak jalanan.
Mungkin dengan memberi uang tidak akan mendidik dan akan membentuk mental anak menjadi mental pengemis. Namun, masih ada banyak jalan untuk merubah hal yang kini terjadi, menciptakan perubahan untuk Indonesia yang lebih baik. Bagi saya, tidak ada yang lebih mendidik daripada pendidikan itu sendiri. Menurut saya, anak jalanan harus dibina dan dididik dengan kreatifitas. Mungkin akan banyak berbagai penolakan ketika mereka semua diajak belajar, karena uang telah melekat dalam pemikiran mereka. Akan butuh banyak kerja keras dan pemikiran-pemikiran yang out of the box untuk mengatasi masalah yang rumit. Anak jalanan bukan berarti enggan belajar, maka dari itu harus ada penggabungan unsur seni dan edukasi.
Rumah Hati harus segera hidup dengan jiwa-jiwa yang penuh semangat, patriot-patriot ini yang akan menjadi sumber inspirasi, sumber di mana pemikiran-pemikiran yang out of the box muncul, dan sumber dari segala awal perubahan. Dan semuanya ini harus ada yang mau mengawalinya. Rumah Hati tempat patriot-patriot, anak jalanan, belajar dan mengajar dengan hati. Mengajar apa yang menjadi passion anak jalanan tanpa melepaskan sisi edukasi. Rumah Hati akan mengajarkan keterampilan-keterampilan yang akan menghasilkan uang tanpa ada paksaan kepada anak jalanan agar mau bergabung, karena tujuan dari Rumah Hati adalah segalanya bersumber dari hati yang tulus dan ikhlas. Rumah Hati akan dengan tangan terbuka menampung anak jalanan yang ingin belajar, mewadahi berbagai bakat mereka utamanya dalam musik, dan akan ada di mana saatnya anak jalanan ini muncul dan memberikan persembahan kepada masyarakat, membuktikan bahwa anak jalanan bukanlah sampah, tapi mereka semua emas yang berharga bagi bangsa Indonesia. Tidak ada bangsa yang maju tanpa ada generasi yang tangguh, dam sumber dari generasi yang tangguh ialah anak.
Mari menebar pemikiran positif dan semangat menginspirasi. Ini bukan saatnya di mana kita berkeluh kesah menuduh pemerintah tidak peka, tidak responsif terhadap permasalahan bangsa utamanya anak-anak terlantar dan anak jalanan. Bukan masanya kita hanya menuntut pemerintah melakukan gerakan revolusioner. Karena semua perubahan ada dalam diri kita masing-masing. Sejauh mana perubahan itu bisa mengubah Indonesia menjadi lebih baik, tergantung semangat dan loyalitas kita juga. Semakin besar semangat dan perjuangan kita, akan semakin besar perubahan yang bisa diciptakan. Inilah saatnya menyatakan diri, mampu dan siap menjadi patriot-patriot Rumah Hati demi perubahan Indonesia, demi perubahan dunia.

You May Also Like

0 komentar