Hari ini ada sesuatu yang berbeda, mulai mencoba merenungkan arah hidup saya. Diawali dari pertemuan di pagi hari dengan dosen Dasar Metodologi Penelitian, yaitu Pak Karnaji yang sesama putra daerah Jombang, motivasinya menyentuh hati saya. Setiap pertemuan selalu diulang-ulang inilah yang membuat kesan mendalam. Setelah salam pasti beliau berpesan, agar kita senantiasa berdoa untuk orangtua kita yang terus ikhtiar. "Mungkin orangtua kalian saat ini belum beranjak dari sajadahnya." begitu selalu yang diulang. Subhanallah ya, kalo bahas orangtua apalagi ibu bawaannya pengen netes gitu aja. Ngga cuma itu, cerita-cerita terus bergulir dari beliau, mengenai hukum alam di mana kita menanam kita pasti akan memetik hasilnya, belajar tentang keikhlasan dan terus berbuat kebaikan, selalu memberikan yang terbaik untuk sesama, bukan bicara individu tapi sesama. Saya jadi bergeming, sudahkah saya melakukan itu? jangankan ikhlas, berbuat baik terhadap sesama, saya aja masih suka ngeluh, istilahnya mbatin kalo sama orang yang bikin saya kesel. Sama ayah ibu juga saya masih ngasih beban. Pengen ini pengen itu sekarang, sama uang yang dikasih juga boros, rasanya saya masih durhaka. Saya masih jadi beban berat untuk orangtua, harusnya di usia yang 18 tahun ini saya lebih ngerti gitu yaa, tapi kenyataannya belum peka juga.
Kedua, di mata kuliah Asas Manajemen yang biasanya sama Prof. Jusuf Irianto, sekarang sama dosen pengganti Bu Amalia. Dosen cantik, dan muda, mahasiswa S3 Manajemen Unair. Beliau juga cerita, "Pokoknya ridho Allah ridho orangtua, saya dulu masuk universitas ya karena ngikut dan nurut kata orangtua. Coba saya ngga nurut dan maksa masuk jurusan yang saya pengen tapi di universitas swasta, pasti saya ngga akan di sini, ketemu kalian. Saya dulu dek, tes ujian sudah nyoba 4 kali gagal terus. Ternyata dibalik itu ada sesuatu yang saya baru memahami juga. 4 kali ujian saya gagal asumsi saya karena saya ngga cium tangan ibu. 4 kali ujian itu ibu di kamar, habis subuhan dan ngaji tidur saya kan ngga enak bangunin. Abis itu yang ke 5 kebetulan pas saya mau berangkat, ibu saya lagi nerima telpon, akhirnya saya pamit, saya cium tangan ibu saya. Eh kok pas pengumuman saya lulus. Saya mikir, kok bisa ya, padahal 4 kali gagal. Ini yang ke 5 kunci berhasilnya di mana, setelah saya inget-inget, Subhanallah ternyata saya cium tangan ibu. Akhirnya saya pulang ke Pamekasan, saya nangis di depan ibu." Sepele banget bukan sih? cium tangan orang tua bisa lulus ujian. Gimana kalo kita ngelakuin lebih dari itu?
Ketiga, tadi siang saya ikut talkshow di American Corner Perpustakaan Kampus B Unair. Saya ngga tau itu talkshow apa, yang saya tahu itu ngomongin beasiswa. Ternyata bener, ini ngomongin beasiswa PPSDMS Nurul Fikri untuk mahasiswa laki-laki muslim. Ya sempet kecewa gitu, karena cuma buat laki-laki tapi ambil positifnya aja siapa tau dapat pengetahuan baru dengan ikut talkshow ini. Narasumbernya yaa penerima beasiswa PPSDMS Nurul Fikri dari Unair dan ITS. Kakak-kakaknya ikhwan semua. Ada kak Ilham dari ITS, Kak Lutfi dan Kak Gading dari Unair. Semuanya sudah pernah ke luar negeri, baik ikut forum internasional ataupun student exchange, ada juga yang dapat full scholarship. Ngiri ngga? iya pasti. Ternyata kunci suksesnya sama, melakukan usaha lebih dari yang lain, melakukan doa lebih dari yang lain, dan memperlakukan orangtua lebih dari yang lain. Usahanya apa kak? "Aktif dakwah, aktif organisasi, aktif kuliah, aktif bersosialisasi dengan lingkungan." Doanya kak apa aja? "Cukup sholat 5 waktu, ditambah amalan yang lain seperti dhuha, dan menjaga tahajud." Untuk orangtua, apa yang dilakukan? "Saya sangat sayang sama ibu, setiap saya telpon ibu seminggu sekali saya harus ada kabar baik untuk ibu. Tentang prestasi saya, ataupun yang lain."
Kayaknya bisa diambil kesimpulan yaa, untuk jadi orang sukses dunia akhirat yang saya tangkep dari keseluruhan pelajaran hari ini adalah:
1. Menjaga sholat, kalau bisa ditambah sunnahnya seperti sunnah rawatib, dhuha, tahajud.
2. Mencintai orangtua, melakukan yang terbaik untuk orangtua, selalu bakti dan mengabdi.
3. Melakukan usaha yang lebih, entah lebih ikhlas, selalu berbuat kebaikan, ataupun kebaikan-kebaikan yang lain.
Insya Allah sukses dunia akhirat. Hamasah!!!!
0 komentar