Rumah hati, tempat
menggantungkan harapan, tempat di mana lahir secercah masa depan. Rumah hati
ialah sebuah mimpi, selalu bergerilya dalam angan untuk segera menjadi
kenyataan. Menunggu para patriot yang siap mengabdi untuk membagi kasih,
menjadi relawan di rumah hati.
Apabila
kita mau peka, mari kita lihat sekeliling kita. Ada berapa banyak anak jalanan yang
terlunta-lunta nasibnya. Berapa banyak jiwa yang hampa, tanpa ada kepedulian
sosial dari masyarakat yang membiarkan mereka hidup dalam belenggu dunia tanpa
cahaya. Hingga baru-baru ini media mulai menyoroti kehidupan para pengemis dan
pengamen jalanan dengan tagline
“Pengemis Kaya” yang mayoritas bernada negatif dan mengucilkan. Dari sekian
banyak pengemis dan gelandangan, ada ribuan anak yang menjadi bagian dari
mereka yang kemudian disebut sebagai anak jalanan (anjal).
Anak
jalanan bukanlah pemandangan baru, apalagi di kota besar seperti Jakarta dan
Surabaya. Berdasarkan keterangan Ketua LSM Swara di Jakarta yakni Endang
Mintarja, anak jalanan yang ada di Jakarta kebanyakan masih memiliki keluarga
dan seharusnya mereka bisa sekolah, namun mereka kebanyakan memilih bekerja
sebagai pengamen ataupun pengemis. Berbeda dengan sumber data Komisi
Perlindunga Anak (KPAI) yang menyatakan bahwa jumlah anak terlantar dan anak
jalanan di Indonesia pada tahun 2012 yang lalu mencapai 18 ribu, 300 ribu
diantaranya menjadi anak jalanan di kota besar di seluruh Indonesia. 95 persen
anak jalanan berasal dari keluarga miskin, berpendidikan rendah, dan lingkungan
yang ekspoloitatif terhadap anak.
Sebagian
masyarakat prihatin, namun tidak sedikit pula yang mencemooh dan memandang
sinis. Terlepas dari seluruh pandangan masyarakat mengenai anak jalanan, tetap
saja nurani akan terusik mana kala melihat kenyataan anak-anak yang seharusnya
berada dalam kehidupan yang normal, bermain, belajar, hidup dengan kasih sayang
orang tua harus mengalami kenyataan pahit dengan menjalani keseharian menjadi
pengamen. Masihkah masyarakat diam dengan kondisi seperti ini, berpura-pura
tidak tahu, menutup telinga dan mata, seakan-akan fenomena tersebut adalah
mutlak tanggung jawab penuh pemerintah. Padahal, dari kejadian itu ada tanggung
jawab kita sebagai mahluk sosial untuk mengayomi anak jalanan.
Mungkin
dengan memberi uang tidak akan mendidik dan akan membentuk mental anak menjadi
mental pengemis. Namun, masih ada banyak jalan untuk merubah hal yang kini
terjadi, menciptakan perubahan untuk Indonesia yang lebih baik. Bagi saya,
tidak ada yang lebih mendidik daripada pendidikan itu sendiri. Menurut saya,
anak jalanan harus dibina dan dididik dengan kreatifitas. Mungkin akan banyak
berbagai penolakan ketika mereka semua diajak belajar, karena uang telah
melekat dalam pemikiran mereka. Akan butuh banyak kerja keras dan
pemikiran-pemikiran yang out of the box untuk
mengatasi masalah yang rumit. Anak jalanan bukan berarti enggan belajar, maka
dari itu harus ada penggabungan unsur seni dan edukasi.
Rumah
Hati harus segera hidup dengan jiwa-jiwa yang penuh semangat, patriot-patriot
ini yang akan menjadi sumber inspirasi, sumber di mana pemikiran-pemikiran yang
out of the box muncul, dan sumber
dari segala awal perubahan. Dan semuanya ini harus ada yang mau mengawalinya.
Rumah Hati tempat patriot-patriot, anak jalanan, belajar dan mengajar dengan
hati. Mengajar apa yang menjadi passion
anak jalanan tanpa melepaskan sisi edukasi. Rumah Hati akan mengajarkan
keterampilan-keterampilan yang akan menghasilkan uang tanpa ada paksaan kepada
anak jalanan agar mau bergabung, karena tujuan dari Rumah Hati adalah segalanya
bersumber dari hati yang tulus dan ikhlas. Rumah Hati akan dengan tangan
terbuka menampung anak jalanan yang ingin belajar, mewadahi berbagai bakat
mereka utamanya dalam musik, dan akan ada di mana saatnya anak jalanan ini
muncul dan memberikan persembahan kepada masyarakat, membuktikan bahwa anak
jalanan bukanlah sampah, tapi mereka semua emas yang berharga bagi bangsa
Indonesia. Tidak ada bangsa yang maju tanpa ada generasi yang tangguh, dam
sumber dari generasi yang tangguh ialah anak.
Mari
menebar pemikiran positif dan semangat menginspirasi. Ini bukan saatnya di mana
kita berkeluh kesah menuduh pemerintah tidak peka, tidak responsif terhadap
permasalahan bangsa utamanya anak-anak terlantar dan anak jalanan. Bukan
masanya kita hanya menuntut pemerintah melakukan gerakan revolusioner. Karena
semua perubahan ada dalam diri kita masing-masing. Sejauh mana perubahan itu
bisa mengubah Indonesia menjadi lebih baik, tergantung semangat dan loyalitas
kita juga. Semakin besar semangat dan perjuangan kita, akan semakin besar
perubahan yang bisa diciptakan. Inilah saatnya menyatakan diri, mampu dan siap
menjadi patriot-patriot Rumah Hati demi perubahan Indonesia, demi perubahan
dunia.
0 komentar