Pendidikan
Kewarganegaraan diajarkan di Pendidikan Tinggi agar peserta didik memiliki
kompetisi yang relevan dengan kesadaran berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
Pembentukan kompetensi tersebut menurut pendapat saya belum sesuai dengan apa
yang diharapkan sebab, dilihat dari pribadi peserta didik dalam hal ini
mahasiswa, belum mencerminkan sikap yang diharapkan dari adanya mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan. Seperti contoh, mahasiswa diharapkan dapat memupuk
pola pikir, pola sikap dan pola perilaku yang mencerminkan nilai-nilai
perjuangan/patriotisme, rasa cinta tanah air, kesadaram tekad, semangat, rela
berkorban untuk bangsa dan negara. Hal itu belum tercapai, karena kini peserta
didik masih pasif dan apatis dalam peran serta memperjuangkan patriotisme, rasa
cinta tanah air, dan sebagainya. Saya rasa itu akibat dari adanya era
globalisasi, di mana pengaruh dari luar sangat gencar masuk ke Indonesia tanpa
filter yang baik, sehingga pengaruh positif dan negatif seakan masuk dengan
sangat mudah dan dengan cepat mempengaruhi pribadi dari peserta
didik/mahasiswa. Contoh kecilnya, budaya hidup westernisasi, dunia malam,
menyukai produk-produk impor yang bermerk, cara berpakaian, tingkah laku dan
pola pikir telah terkontaminasi dengan budaya luar negeri. Lalu, ketika
perebutan wilayah negara, semisal Pulau Ambalat, beragam budaya yang diklaim
oleh Malaysia, tidak banyak dari generasi muda yang berkoar-koar ikut menuntut
hak Indonesia. Banyak yang masih apatis terhadap kejadian-kejadian yang sebetulnya
adalah tolak ukur, sejauh mana kepedulian generasi bangsa terhadap kekayaan
budaya dan alam milik bangsa Indonesia. Itu adalah sedikit contoh kecil bahwa
kompetensi yang diharapkan dari pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan belum
sepenuhnya berhasil tercapai, serta masih banyak kekurangan yang harus
dibenahi. Oleh karena itu, saya pikir Pendidikan Kewarganegaraan harus tetap
diberikan, disertai dengan adanya perbaikan kurikulum, metode pengajaran serta
kerjasama dan komitmen yang baik dari berbagai pihak, agar misi dan visi yang
diusung dari diberikannya mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan bisa berjalan
sesuai dengan yang diharapkan.
1.
Masa anak kecil (Early Childhood)
Tugas
perkembangan pada masa ini adalah membentuk konsep dan belajar bahasa untuk
menggambarkan lingkungan, menyiapkan diri membaca, belajar membedakan yang
benar dan salah sesuai hati.
Setelah
tahap early childhood anak-anak telah lancer berjalan, mampu bicara, bergerak,
berinteraksi sosiial, mampu membedakan baik dan buruk serta benar dan salah,
anak telah siap dimasukkan ke sekolah.
2.
Masa Sekolah dasar (Middle Childhood)
Tugas
perkembangan pada masa ini adalah mempelajari keterampilan fisik, membentuk
sikap sehat, belajar bergaul dengan teman, mempelajari peran sosial wanita dan
pria, mengembangkan kemampuan dasar membaca, berhitung dan menulis, mengembangkan
kata hati, mengembangkan sikap demokratis dalam kelompok sosial.
3.
Masa remaja (Adolescence)
Masa
ini adalah masa usia 13-19 tahun. Tugas perkembangan pada masa ini adalah kelanjutan
dari masa sebelumnya antara lain mencapai hubungan baru yang lebih matang,
mencapai peranan sosial kepriaan dan keputrian, mencapai bentuk fisik yang
matang, mencapai kebebasan emosional dalam hubungan dengan personal, menyiapkan
diri untuk membangun keluarga, memiliki etika, bertanggungjawab. Mereka membina
hubungan sosial, pembentukan kelompok kecil remaja yang disebut klik, dalam
pendidikan mereka bereksplorasi dan bereksperimen, belajar berperilaku seperti
orang dewasa, serta mengembangkan hubungan dengan lawan jenis.
Namun
tidak semua perkembangan tersebut dilalui individu karena berbagai masalah
sehingga membuat perkembangan menjadi terlambat atau tidak berhasil. Sehingga
diperlukan pelayanan khusus agar mampu melaksanakan tugas-tugas perkembangan
secara sempurna.
Dari dulu udah penasaran sama yang namanya Kober Mie Setan (Jl. Kacapiring). Pernah sekali inisiatif sendiri sama bang Dion main-main ke Mie Setan, katanya sih di belakang Mall Grand City, udah muter-muter, manfaatin GPS juga, eh ngga nemu-nemu. Ini gara-gara ngga ada palang yang tulisannya "Kober Mie Setan" atau "Mie Setan" atau "Mie Iblis" dan sejenisnya lah. Akhirnya batal ke Kober Mie Setan dan akhirnya pergi ke tempat langganan makan, "Waroeng SS" di Jalan Arjuno deketnya Jalan Semarang Surabaya.
Gara-gara Dion yang pamer, ditraktir makan temen kuliahnya di Kober Mie Setan aku jadi ngiler. Dan akhirnya, kemaren hari Kamis berhasil ngajak Veda sama Mita rame-rame (bertiga doang sih) makan ke Kober Mie Setan. Ternyata ga jauh-jauh banget dari Kampus B Unair lo. Paling 10-15 menit gitu. Nyampe sana gila antre banget di kasir. Sempet males juga sih, mikir-mikir jadi makan ngga cuman karena udah ngorbanin sesuatu yang lebih urgent hehe, yaudahlah sayang banget kalo ngga jadi.
Dengan penuh kesabaran akhirnya dapet giliran juga buat pesen makanan. Aku, Veda, Mita pesen Mie Setan (mirip cwimie ala-ala Malang) di sini ada juga namanya Mie Iblis, sama kaya mie setan cuman ini lebih cokelat karena pake kecap. Well, Veda yang dasarnya ngga doyan pedes pesen Mie Setan Cabe 1, Mita pesen Mie Setan Cabe 5, aku ketularan cemen juga -_- jadinya pesen Mie Setan Cabe 7. Ternyata pelayanannya cepet banget, ngga sampe 10 menit mie udah dianter ke meja. Oh iya caranya unik loo, pelayan teriakin nama pelanggan yang pesen jadi kaya gini nih, pas di kasir ditanyain pesen apa aja, namanya siapa nah waktu dianter pelayanannya neriakin nama kita yang pesen. Selain pesen Mie Setan, kita juga pesen Es Genderuwo. Namanya aneh-aneh, Mie Iblis, Mie Setan, Es Genderuwo, Es Pocong, Es Kuntilanak, Es Tuyul, dll. Di sini juga jualan Dimsum, yang kayaknya yummy banget cuman kita ngga pesen takut kekenyangan.
Ini nih penampakan Mie Setan dan Es Genderuwonya.
Untuk harga juga terbilang murah, Mie Setan ini dihargai Rp 8.500,- dan buat Es Genderuwonya dihargai Rp 9.000,- murah kan? Mie Setan ini bikin nagih dan kapan-kapan harus balik buat nyoba lagi. Thankssssss
Hari ini ada sesuatu yang berbeda, mulai mencoba merenungkan arah hidup saya. Diawali dari pertemuan di pagi hari dengan dosen Dasar Metodologi Penelitian, yaitu Pak Karnaji yang sesama putra daerah Jombang, motivasinya menyentuh hati saya. Setiap pertemuan selalu diulang-ulang inilah yang membuat kesan mendalam. Setelah salam pasti beliau berpesan, agar kita senantiasa berdoa untuk orangtua kita yang terus ikhtiar. "Mungkin orangtua kalian saat ini belum beranjak dari sajadahnya." begitu selalu yang diulang. Subhanallah ya, kalo bahas orangtua apalagi ibu bawaannya pengen netes gitu aja. Ngga cuma itu, cerita-cerita terus bergulir dari beliau, mengenai hukum alam di mana kita menanam kita pasti akan memetik hasilnya, belajar tentang keikhlasan dan terus berbuat kebaikan, selalu memberikan yang terbaik untuk sesama, bukan bicara individu tapi sesama. Saya jadi bergeming, sudahkah saya melakukan itu? jangankan ikhlas, berbuat baik terhadap sesama, saya aja masih suka ngeluh, istilahnya mbatin kalo sama orang yang bikin saya kesel. Sama ayah ibu juga saya masih ngasih beban. Pengen ini pengen itu sekarang, sama uang yang dikasih juga boros, rasanya saya masih durhaka. Saya masih jadi beban berat untuk orangtua, harusnya di usia yang 18 tahun ini saya lebih ngerti gitu yaa, tapi kenyataannya belum peka juga.
Kedua, di mata kuliah Asas Manajemen yang biasanya sama Prof. Jusuf Irianto, sekarang sama dosen pengganti Bu Amalia. Dosen cantik, dan muda, mahasiswa S3 Manajemen Unair. Beliau juga cerita, "Pokoknya ridho Allah ridho orangtua, saya dulu masuk universitas ya karena ngikut dan nurut kata orangtua. Coba saya ngga nurut dan maksa masuk jurusan yang saya pengen tapi di universitas swasta, pasti saya ngga akan di sini, ketemu kalian. Saya dulu dek, tes ujian sudah nyoba 4 kali gagal terus. Ternyata dibalik itu ada sesuatu yang saya baru memahami juga. 4 kali ujian saya gagal asumsi saya karena saya ngga cium tangan ibu. 4 kali ujian itu ibu di kamar, habis subuhan dan ngaji tidur saya kan ngga enak bangunin. Abis itu yang ke 5 kebetulan pas saya mau berangkat, ibu saya lagi nerima telpon, akhirnya saya pamit, saya cium tangan ibu saya. Eh kok pas pengumuman saya lulus. Saya mikir, kok bisa ya, padahal 4 kali gagal. Ini yang ke 5 kunci berhasilnya di mana, setelah saya inget-inget, Subhanallah ternyata saya cium tangan ibu. Akhirnya saya pulang ke Pamekasan, saya nangis di depan ibu." Sepele banget bukan sih? cium tangan orang tua bisa lulus ujian. Gimana kalo kita ngelakuin lebih dari itu?
Ketiga, tadi siang saya ikut talkshow di American Corner Perpustakaan Kampus B Unair. Saya ngga tau itu talkshow apa, yang saya tahu itu ngomongin beasiswa. Ternyata bener, ini ngomongin beasiswa PPSDMS Nurul Fikri untuk mahasiswa laki-laki muslim. Ya sempet kecewa gitu, karena cuma buat laki-laki tapi ambil positifnya aja siapa tau dapat pengetahuan baru dengan ikut talkshow ini. Narasumbernya yaa penerima beasiswa PPSDMS Nurul Fikri dari Unair dan ITS. Kakak-kakaknya ikhwan semua. Ada kak Ilham dari ITS, Kak Lutfi dan Kak Gading dari Unair. Semuanya sudah pernah ke luar negeri, baik ikut forum internasional ataupun student exchange, ada juga yang dapat full scholarship. Ngiri ngga? iya pasti. Ternyata kunci suksesnya sama, melakukan usaha lebih dari yang lain, melakukan doa lebih dari yang lain, dan memperlakukan orangtua lebih dari yang lain. Usahanya apa kak? "Aktif dakwah, aktif organisasi, aktif kuliah, aktif bersosialisasi dengan lingkungan." Doanya kak apa aja? "Cukup sholat 5 waktu, ditambah amalan yang lain seperti dhuha, dan menjaga tahajud." Untuk orangtua, apa yang dilakukan? "Saya sangat sayang sama ibu, setiap saya telpon ibu seminggu sekali saya harus ada kabar baik untuk ibu. Tentang prestasi saya, ataupun yang lain."
Kayaknya bisa diambil kesimpulan yaa, untuk jadi orang sukses dunia akhirat yang saya tangkep dari keseluruhan pelajaran hari ini adalah:
1. Menjaga sholat, kalau bisa ditambah sunnahnya seperti sunnah rawatib, dhuha, tahajud.
2. Mencintai orangtua, melakukan yang terbaik untuk orangtua, selalu bakti dan mengabdi.
3. Melakukan usaha yang lebih, entah lebih ikhlas, selalu berbuat kebaikan, ataupun kebaikan-kebaikan yang lain.
Insya Allah sukses dunia akhirat. Hamasah!!!!
awalnya ngerasa aneh gitu sama storenya. Tapi ada barang yang udah lama aku pengen dijual di sini dengan harga lebih murah, siapa yang ngga tergiur dong. Hehe
abis gitu cek cek cek di google, ternyata doyanpepaya.com ini beneran, bukan website penipuan/ fake. So aku pesenlah di sini. kakaknya yang ngelayanin, bales bbm ramah banget. Profesional juga, ngga abal-abal. Di jam buka 9.00-18.00 ya beneran, aku chat bbm diluar jam itu cuman centang aja, ngga deliv, dan baru besok paginya jam 9.00 deliv.
yang aku seneng juga, di sini bisa tuker size. Aku awalnya pesen size 7.5 eh ternyata kegedean seru, jarang-jarang kan ada online store yang bisa ngasih garansi kalo barang yang dikirim ngga sesuai yang dipengen pemesan. Akhirnya aku kirim lagi ke doyanpepaya. Awalnya aku nawarin mau transfer lebih sebagai jaminan, soalnya aku pengen barang returnya dikirim bareng-bareng. Jadi aku ngirim barang ke doyanpepaya, dia juga ngirim barang ke aku. Ternyata ngga bisa, walaupun aku udah mau transfer lebih buat jaminan, tuhkan profesional banget emang.
ngga nyesel deh beli di doyanpepaya, barangnya juga worth it lah. sangat sangat ngga mengecewakan, pelayanan juga oke, kirim barangnya hari itu kita transfer hari itu juga bakal dikirim. udah gitu profesional banget. pokoknya yaa, kalo mau beli sepatu lagi, bakal ke doyanpepaya lagi. recommended seller!!!
yang di daerah jakarta bisa juga ke storenya langsung di Cilandak Town Square. thank's doyanpepaya. :))
![]() |
order @doyanpepaya |
![]() |
vans leopard brown-black |
![]() |
finally I got it!!! |
Facebook:doyanpepaya on facebook
Blog: http:doyanpepaya on website
Btw sebelumnya ga papa kan yaa neg-post semacam tugas gitu, sharing dikit gitu lah. Biar besok-besok kalau ada yang negbutuhin bisa langsung comot asal nyantumin sumbernya. :)) Tugas yang bakal dipost kali ini tentang Filsafat di mata mahasiswa, ini tugas mata kuliah filsafat ilmu (semester 2). Check this out ....
1.
Bagaimana
pemahaman mahasiswa tentang filsafat sebelum dan sesudah mengikuti perkuliahan
filsafat ilmu?
Sebelum saya mengenal filsafat,
saya menganggap bahwa filsafat ialah dewanya ilmu, atau biasa disebut “mother
of science” sehingga dalam pemahamannya menurut saya akan sangat sulit karena
filsafat berbicara tentang hakikat sesuatu dengan sangat luas. Kemudian setelah
saya mengenal lebih jauh mengenai filsafat dan mulai belajar mengenai filsafat
ini, ternyata filsafat lebih dari sekedar “mother of science”, filsafat ialah
konsep dasar mengenai ilmu dan pengetahuan serta kehidupan. Filsafat ialah cara
untuk memahami sesuatu secara dalam, sehingga bisa disebut “method to
understanding” sehingga bisa dikatakan filsafat ialah induknya ilmu, barang
siapa yang bisan memahami induknya ilmu maka ia akan bisa memahami ilmu-ilmu
yang lain dengan lebih mudah.
2.
Apa
pandangan mahasiswa mengenai filsafat?
Bagi saya yang seorang mahasiswa,
filsafat ialah “method to understanding”. Dengan filsafat kita bisa memahami
segala sesuatu lebih dari apa yang dipikirkan selama ini. Dengan filsafat
mahasiswa bisa lebih tahu banyak hal, karena dalam filsafat suatu ilmu atau
pengetahuan sangat berkembang, kita bisa memahami dari segala aspek kehidupan.
Filsafat ialah sesuatu yang istimewa, karena makin banyak yang kita tahu dari
filsafat akan semakin banyak pertanyaan yang timbul mengenai filsafat.
3.
Apa
tujuan dan harapan mahasiswa mengikuti perkuliahan filsafat ilmu?
Saya berharap dengan mengikuti
perkuliahan filsafat ilmu, bisa membentuk pola pikir yang lebih kritis, peduli,
bertanggungjawab dan cerdas. Dengan filsafat kita juga akan belajar banyak
serta merenung. Dengan merenung diharapkan bisa memberikan dampak positif bagi
kehidupan saya di masa kini dan masa mendatang karena dengan merenung kita akan
berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih berguna bagi sesama.
Abis liburan semester cukup lama, keasyikan di rumah. Sekarang baru seminggu di Surabaya mulai kangen lagi sama tempat yang disebut rumah. :))
Kangen kamar yang sering berantakan, kangen ruang tengah tempat ngabisin waktu buat tiduran sama nonton TV, kangen dapur laboratorium praktek masak yang ngabisin stok sayuran dan bahan masak di kulkas, kangen kamar mandi yang airnya selalu seger dan dingin buat mandi. Lebih-lebih kangen sama ibu yang selalu nyenengin, manjain, rasa sayangnya yang ga pernah pudar. Kangen juga sama si adek Rena yang ngga pernah akur, dan si kecil Nirmala yang udah mulai pinter sekolah, miss them so much. Ayo pulang ke Jombang... tapi tunggu 2 minggu lagi. #ketawatipis
![]() |
Say hi to tembok kamar |
Sejak duduk di SMPN 1 Jombang udah cita-cita buat masuk Universitas Indonesia. Tiap hari selalu kebayang, bisa masuk SMA favorit di Jombang terus bisa masuk Universitas Indonesia. Waktu masuk SMA juga gitu, alhamdulillah diterima di SMAN 3 Jombang tahun 2010 dengan NEM waktu itu 35,10.
Semester pertama di SMA mulai ngebut belajar, ya you know lah kalau SNMPTN pakai nilai rapor, kalau jelek kan ngga bisa masuk UI hehe. Ya Alhamdulillah juga, usaha dan doa selalu membuahkan hasil yang memuaskan. Waktu itu juga tahun kemaren, 2013 bulan Februari mulai pendaftaran SNMPTN gitu. Wah, langkahku ke UI udah makin deket aja.
Harapanku ternyata ngga sepenuhnya didukung sama ayah. katanya sih terlalu jauh, belum sepenuhnya percaya sama aku, dll. Ya gimana yaa, namanya anak pasti egonya juga tinggi aku ngotot juga dong pengen tetep masuk UI. Walopun pada akhirnya tetep ayah yang menang, hehe
Akhirnya aku pilih Universitas Airlangga, satu-satunya Universitas yang aku pilih di Jawa Timur. Kenapa harus Unair? karena itu alternatif terakhir setelah UI, UGM, kalau ngga boleh ya terakhir di Unair. Nah waktu milih jurusan juga gitu, diarahin lagi lah ke Administrasi Negara (FISIP). Padahal waktu itu pengen banget buat masuk Manajemen, kalau ngga gitu ya Komunikasi. Dan lagi-lagi ayah yang menang.
Gimanapun pilihan orangtua itu yang terbaik buat anaknya. Aku percaya itu. Coba waktu itu aku ngga nurut? belum tentu juga aku bisa keterima di UI, atau bahkan sampai saat ini aku belum kuliah atau bisa jadi kuliah di swasta. Hmm, meskipun masih kebayang gitu ya pake Jaket Kuning yang makara oranye, kuliah di Depok, pulang tiap libur semester, bisa kos, tapi tetep harus bersyukur dengan keadaan sekarang. Pakai almamater biru, makara lambang Airlangga, kuliah di Surabaya, ngga kos sih tinggal sama keluarga adiknya ayah, tiap 2 minggu sekali pulang ke Jombang.
Ginilah hidup, pelajaran penting yang aku bisa ambil sih pertama nikmati, kedua jalani dengan ikhlas. Meskipun ini bukan pilihan kita, tapi arahan dari orangtua semoga kita bisa dapat berkahnya. amiiin :)
![]() |
Forum Anak Jawa Timur 2012 @Hotel Selecta - Batu |
![]() |
IM3 Mobile Academy Surabaya Branch 2010 @Galeri Indosat Kayoon Surabaya - Hotel Elmi Surabaya |
![]() |
Final IM3 Mobile Academy Surabaya Branch 2010 @City Of Tommorow Surabaya |
![]() |
Pesantren Kilat Nasional 2011 @Asrama Haji Kota Bekasi |
![]() |
LDK OSIS SMAN 3 Jombang 2011 @Camp Ground Coban Rondo - Malang |
![]() |
Forum Anak Jawa Timur 2012 @Taman Wisata Selecta Batu-Malang |
![]() |
Lomba OSIS se-Jombang 2011 @Camp Ground Sumberboto |
![]() |
Pelantikan OSIS SMAN 3 Jombang 2011/2012 @Lapangan Bundar SMAN 3 Jombang |
![]() |
Pelantikan OSIS SMAN 3 Jombang 2011/2012 @Lapangan Bundar SMAN 3 Jombang |
Night Farewell Party Kongres Anak Indonesia 2012 @Hotel Grand View Batam |
![]() |
As a MC at Grand Final Putra Putri Bastyasaka SMAN 3 Jombang 2012 @Aula SMAN 3 Jombang |
Yearbook moment 2013 @GOR Merdeka Jombang |
![]() |
Study Excursie Universitas Airlangga 2013 @Dusun Kletak - Bromo - Pasuruan |
![]() |
Grand Final Putra Putri Bastyasaka SMAN 3 Jombang 2012 @Aula SMAN 3 Jombang |
![]() |
Study Excursie Universitas Airlangga 2013 @Dusun Kletak - Bromo - Pasuruan |
Mampu
meraih visi yaitu “Indonesia Emas” merupakan suatu harapan yang luar biasa.
Indonesia Emas, dengan perekonomian yang maju, pendidikan yang merata,
kemiskinan yang berkurang, kesejahteraan rakyat ialah mimpi bagi seluruh rakyat
Indonesia. Meraih visi menuju “Indonesia Emas” bukanlah perkara mudah, apalagi
hanya wacana tanpa tindakan nyata.
Semakin diperdalam, mari menengok
beragam kritik-kritik terhadap berbagai macam kebijakan pemerintah, menuding
bahwa pemerintah kini tidak visioner adalah hal yang wajar bahkan membumi di
Indonesia, tersebar mulai dari surat kabar, televisi maupun jejaring sosial.
Kritikan tersebut semakin menjadi-jadi manakala Indonesia sedang banjir
masalah; korupsi, tawuran antar pelajar, kemiskinan, inflasi, dan lain
sebagainya. Namun yang dipertanyakan tindakan nyata apa yang dilakukan seiring
dengan datangnya berbagai macam kritik yang dilontarkan? Apakah hanya berwacana
tanpa ada aksi nyata?
Generasi muda kini kian kritis,
berbagai organisasi-organisasi di kampus aktif menyuarakan gerakan-gerakan yang
digunakan untuk mengkritisi pemerintah dan sistemnya. Aksi demo, orasi dan
sebagainya sudah sering ditemui apalagi di dunia kampus. Namun, dalam hal ini
kurang terlihat dampaknya. Mahasiswa hanya melakukan demo, orasi, dan lain
sebagainya namun tindakan nyata untuk mengatasi permasalahan nampaknya masih
kurang.
Sudah saatnya revolusi dimainkan
oleh generasi muda, terutama mahasiswa. Melakukan aksi nyata, terjun secara
lansung, mengatasi permasalahan sesuai kapasitas diri dan kemampuan, tidak
perlu muluk-muluk karena perubahan sekecil apapaun yang bisa dilakukan akan
menginspirasi orang lain untuk berbuat yang sama, dengan demikian virus
semangat untuk merubah keadaan Indonesia yang terpuruk menuju “Indonesia Emas”
akan tercapai.
Lakukan sesuatu diawali dengan hal
yang sesuai passion, sesuatu usaha yang didasari atas passion akan ringan
dilakukan. Berkumpul dengan sesama personal yang memiliki passion yang sama akan membuat kita
jadi lebih kreatif dan berkembang. . Misalnya suka bermusik, bermain teater,
membaca puisi, atau menulis sebuah cerita apabila seluruhnya memiliki semangat
dan loyalitas tinggi, bisa melakukan aksi nyata misalnya pertunjukan drama,
melakukan kampanye anti korupsi melalui seni. Tetapi yang terpenting ialah
harus bercermin dari diri kita, apakah kita sudah mampu untuk menghindari
korupsi? Apakah kita bersih dari korupsi? Kalau kita saja masih terjangkit
korupsi, misalnya korupsi waktu, jangan terburu-buru melakukan aksi karena
esensi dan tujuan yang ingin dicapai tidak akan gemilang. Malu juga, melakukan
aksi namun diri sendiri belum bersih. Oleh karena itu, mulai gerakan dari diri
kita, baru menularkan ke orang lain. Evaluasi diri sendiri, karena segala
sesuatu yang dimulai dari diri sendiri hasilnya akan jauh lebih baik, semangat
menuju Indonesia Emas.
Oleh: Hikmatus
Sabilil Izzah
Mahasiswi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Pendahuluan
Suku Tengger adalah suku yang mendiami
kawasan Gunung Bromo dan tersebar diempat kecamatan di Jawa Timur yakni:
Pasuruan, Lumajang, Probolinggo dan Malang. Suku Tengger merupakan permata
Indonesia, kaya akan pusaka alam dan kaya akan pusaka budaya yang tak pantas
untuk dilupakan. Hingga kini masyarakat tengger masih memegang teguh warisan
budaya yang luhur walaupun pengaruh globalisasi kian meradang.
Dari
namanya asal-usul kata tengger berasal gabungan dua kata, yaitu teng dan ger.
Keduanya merupakan akhiran kata dari dua nama, yaitu Roro An-teng dan Joko Se-ger. Hal itu
terkait Legenda Roro Anteng dan Joko Seger. Menurut penuturan masyarakat
setempat, diyakini bahwa mereka adalah keturunan Roro Anteng, yaitu seorang
putri dari raja Majapahit dan Joko Seger, yaitu putera seorang brahmana. Asal
mula nama suku Tengger diambil dari nama belakang Rara Anteng dan Jaka Seger. Keduanya
membangun pemukiman dan memerintah di kawasan Tengger ini kemudian menamakannya
sebagai Purbowasesa
Mangkurat Ing Tengger atau
artinya “Penguasa Tengger yang Budiman”.
Suku Tengger di Gunung Bromo rutin
mengadakan beberapa upacara adat dan yang terbesar adalah Hari Raya Yadnya
Kasada atau Upacara Kasodo. Saat perayaan hari besar suku Tengger ini Gunung
Bromo bukan hanya dikunjungi umat Hindu Tengger dari berbagai penjuru Taman Nasional Bromo Tengger Semeru tetapi umat Hindu dari Bali
yang merasa mereka adalah keturunan dari Kerajaan Majapahit. Tidak hanya itu,
saat upacara ini berlangsung, Pura Luhur Poten Bromo yang berada di antara
Gunung Batok dan Gunung Bromo akan dikunjungi oleh banyak wisatawan dari
berbagai negara dan penjuru Tanah Air.
Selain upacara Yadnya Kasada, ada juga Hari Raya Karo dan
Unan-Unan. Berhubungan dengan siklus kehidupan warga suku Tengger juga diadakan
ritual adat yaitu: saat kelahiran (upacara sayut, cuplak
puser, tugel kuncung), menikah (upacarawalagara),
kematian (entas-entas, dan lainnya), upacara adat berhubungan siklus
pertanian, mendirikan rumah, dan juga terkait adanya gejala alam seperti leliwet dan barikan.
Makalah ini ditulis dengan tujuan
membuka tabir kehidupan masyarakat suku Tengger dikaitkan dengan kearifan lokal
serta mulitikulturalisme dan keberagaman agama yang ada di sekitarnya.
Hubungan Kearifan Lokal dengan Kehidupan Bermasyarakat Suku
Tengger
Sebagaimana suatu masyarakat yang
berpegang teguh pada warisan budaya leluhurnya, suku Tengger adalah
cerminannya. Suku Tengger masih kental dengan nafas tradisi budaya yang luhur
yang sampai kini masih terjaga dengan baik di tengah kondisi globalisasi yang
mengancam budaya bangsa.
Salah satu bentuk kearifan lokal
suku Tengger yang dipatuhi hingga kini adalah tradisi patuh terhadap empat
guru, atau Guru Papat yakni: 1) Guru sing Kuwasa (Tuhan Yang Maha
Kuasa), 2) Guru Wong Tuwa (Kedua
orang tua yang mengasuh dan membesarkan”, 3) Guru Pemerintah (Penguasa negara yang memberikan perlindungan
hokum), 4) Guru Ngaji atau Guru Pasinaon (Orang berilmu yang
mengajarkan ilmu pengetahuan). Apabila seseorang patuh dan taat (bekti) kepada
empat guru ini, maka dipercaya orang tersebut akan hidup nyaman, tenteram,
damai dan sejahtera. Namun sebaliknya, jika tidak patuh niscaya hidupnya akan
sengsara.
Dalam tradisi suku Tengger,
kepatuhan dan ketaatan pertama harus ditujukan kepada Guru Sing Kuwasa, yakni
Tuhan Yang Maha Kuasa pencipta semesta alam beserta seluruh isinya. Guru Sing
Kuwasa, tempat berlindung dan memohon. Upacara-upacara keagamaan yang rutin
digelar masyarakat suku Tengger adalah salah satu bukti nyata ketaatan terhadap
Guru Sing Kuwasa. Suku Tengger selalu taat demi terwujudnya keselarasan antara
dirinya dengan Yang Maha Agung, para dewa, roh-roh halus, dan roh-roh leluhur
mereka yang bersemayam di sekitar mereka. Apabila tidak terwujud keselarasan,
maka dipercaya bencana atau musibah akan datang.
Dalam kepercayaan gaib suku Tengger,
ada yang dinamakan walat, yakni
bencana yang datang akibat dari seseorang yang tidak patuh terhadap aturan yang
ditetapkan sesuai dengan kearifan lokal yang mreka yakini atau melanggar
larangan dari Guru Sing Kuwasa.
Misalnya masyarakaat suku Tengger
dilarang mncuri, sampai saat ini tingkat kejahatan di wilayah Tengger hampir
menunjukkan angka nol. Hal ini selaras dengan kata Tengger yang dikatakan bahwa
bermakna tengering budi luhur atau
tanda keluhuran budi pekerti (Sutarto, 2001)
Ada suatu pernyataan di Tengger
yakni, memek dom siji mengko mbaleken
prekul artinya mengambil satu jarum mengembalikan satu kapak. Artinya, buah
kejahatan yang diperbuat imbasnya akan jauh lebih besar dibanding kejahatan
yang dilakukan., sehingga mengapa masyarakat suku Tengger sangat takut mencuri
atau berbuat jahat.
Guru kedua yang dipatuhi adalah Guru Wong Tuwa yakni kedua orang tua.
Orang tua adalah orang membesarkan dengan tulus. Suku Tengger sangat
menghormati orang tua, anak-anak dari kecil telah diajarkan untuk senantiasa
patuh.
Guru ketiga ditujukan kepada Guru Pemerintah yakni pemimpin negeri.
Suku Tengger berkeyakinan bahwa mereka adalah bagian dari negara, dan Guru
Pemerintah adalah pemimpinnya. Apabila patuh terhadap pemimpin negara, kana
mereka akan nyaman, selamat dan terlindungi. Di kawasan Tengger belum pernah
dijumpai aksi demonstrasi menentang kebijakan yang diputuskan pemerintah. Ketaatan
mereka juga terwujud dalam membayar pajak, sampai-sampai bukan petugas yang
mendatangi warga tapi warga yang mendatangi petugas.
Guru keempat yang dipatuhi suku
Tengger ialah Guru Ngaji atau Guru Pasinaon. Guru Ngaji bagi suku
Tengger adalah dukun Tengger yang menguasai ilmu agama dan tradisi luhur,
sedangkan Guru Pasinaon adalah guru yang menguasai ilmu pengetahuan, membaca,
menulis dan berhitung.
Suku Tengger meskipun mayoritas
beragama hindu, tetapi mereka sangat menghormati orang atau tamu yag berkunjung
ke rumah mereka. Pelayanan terhadap tamu sangat baik. Bahkan sajian makanan
yang mereka berikan kepada tamu terkadang lebih baik daripada yang mereka makan
dan minum sehari-hari. Mereka sangat bahagia apabila ada tamu yang mau
berbincang-bincang dan makan di dapur sambil duduk di dekat perapian, hal ini
menunjukkan rasa kekeluargaan suku Tengger yang tinggi. Sambutan hangat
walaupun berbeda suku, agama dan budaya merupakan cerminan pribadi yang luhur.
Sinisme dan antipati terhadap agama dan budaya lain tidak ditemui pada
masyarakat suku Tengger.
Kearifan lokal lain dari suku
Tengger adalah ajaran Welas Asih Pepitu (Tujuh
Ajaran Cinta Kasih) yakni cinta kepada: 1)Hong
Pukulun atau Kang Maha Agung
(Tuhan Yang Maha Esa), 2)Ibu Pertiwi
(Tanah Air), 3)Bapa-biyung
(Ayah-ibu), 4)Jiwa-raga
(Jasmani-rohani), 5)Sapadha-padhane
(Sesama), 6)Sato Kewan (Binatang
Peliharaan), 7)Tandur Tuwuh (Tanaman).
Dan kearifan-kearifan lokal di suku Tengger yang masih banyak lagi.
Penutup
Kearifan-kearifan lokal yang terdapat
di suku Tengger membuat mereka bisa hidup berdampingan secara rukun dengan
masyarakat lain di sekitar wilayah mereka. Kearifan lokal yang ada menjaga suku
Tengger dalam berperilaku dan berinteraksi dengan sesame manusia tanpa
membedakan suku, agama dan budaya. Cerminan inilah yang patut dicontoh oleh
masyarakat Indonesia, ditengah isu primordialisme dan etnosentrisme, suku
Tengger dapat dijadikan panutan bahwa meskipun mereka memiliki ajaran tradisi
yang dijunjung tinggi dan dipatuhi hingga kini, namun mereka tetap rendah hati.
Saling hormat dan menghormati dengan masyarakat lain.
Kearifan lokal dalam kehidupan suku
Tengger dapat menjadi rujukan kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk. Setiap
sikap memberikan ajaran luhur, dan dapat berfungsi sebagai tameng untuk
menangkal budaya-budaya yang tidak sesuai dengan Indonesia akibat proses
globalisasi dan westernisasi.
Daftar Pustaka
___________. 2006. Saya
Orang Tengger, Saya Punya Agama. Jember: Kompyawisda bekerjasama dengan
Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu
Widyaprakoso, Simanhadi. 1994. Masyarakat Tengger Latar Belakang Daerah Taman Nasional Bromo. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
___________. 2003. “Perempuan Tengger Sosok yang Setia pada
Tradisi”. Bende Media Informasi Seni dan Budaya. Surabaya: Pemerintah
Propinsi Jawa Timur Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Taman Budaya.
*ditulis sebagai persyaratan mengikuti Study Excursie Universitas Airlangga 2013
Rumah hati, tempat
menggantungkan harapan, tempat di mana lahir secercah masa depan. Rumah hati
ialah sebuah mimpi, selalu bergerilya dalam angan untuk segera menjadi
kenyataan. Menunggu para patriot yang siap mengabdi untuk membagi kasih,
menjadi relawan di rumah hati.
Apabila
kita mau peka, mari kita lihat sekeliling kita. Ada berapa banyak anak jalanan yang
terlunta-lunta nasibnya. Berapa banyak jiwa yang hampa, tanpa ada kepedulian
sosial dari masyarakat yang membiarkan mereka hidup dalam belenggu dunia tanpa
cahaya. Hingga baru-baru ini media mulai menyoroti kehidupan para pengemis dan
pengamen jalanan dengan tagline
“Pengemis Kaya” yang mayoritas bernada negatif dan mengucilkan. Dari sekian
banyak pengemis dan gelandangan, ada ribuan anak yang menjadi bagian dari
mereka yang kemudian disebut sebagai anak jalanan (anjal).
Anak
jalanan bukanlah pemandangan baru, apalagi di kota besar seperti Jakarta dan
Surabaya. Berdasarkan keterangan Ketua LSM Swara di Jakarta yakni Endang
Mintarja, anak jalanan yang ada di Jakarta kebanyakan masih memiliki keluarga
dan seharusnya mereka bisa sekolah, namun mereka kebanyakan memilih bekerja
sebagai pengamen ataupun pengemis. Berbeda dengan sumber data Komisi
Perlindunga Anak (KPAI) yang menyatakan bahwa jumlah anak terlantar dan anak
jalanan di Indonesia pada tahun 2012 yang lalu mencapai 18 ribu, 300 ribu
diantaranya menjadi anak jalanan di kota besar di seluruh Indonesia. 95 persen
anak jalanan berasal dari keluarga miskin, berpendidikan rendah, dan lingkungan
yang ekspoloitatif terhadap anak.
Sebagian
masyarakat prihatin, namun tidak sedikit pula yang mencemooh dan memandang
sinis. Terlepas dari seluruh pandangan masyarakat mengenai anak jalanan, tetap
saja nurani akan terusik mana kala melihat kenyataan anak-anak yang seharusnya
berada dalam kehidupan yang normal, bermain, belajar, hidup dengan kasih sayang
orang tua harus mengalami kenyataan pahit dengan menjalani keseharian menjadi
pengamen. Masihkah masyarakat diam dengan kondisi seperti ini, berpura-pura
tidak tahu, menutup telinga dan mata, seakan-akan fenomena tersebut adalah
mutlak tanggung jawab penuh pemerintah. Padahal, dari kejadian itu ada tanggung
jawab kita sebagai mahluk sosial untuk mengayomi anak jalanan.
Mungkin
dengan memberi uang tidak akan mendidik dan akan membentuk mental anak menjadi
mental pengemis. Namun, masih ada banyak jalan untuk merubah hal yang kini
terjadi, menciptakan perubahan untuk Indonesia yang lebih baik. Bagi saya,
tidak ada yang lebih mendidik daripada pendidikan itu sendiri. Menurut saya,
anak jalanan harus dibina dan dididik dengan kreatifitas. Mungkin akan banyak
berbagai penolakan ketika mereka semua diajak belajar, karena uang telah
melekat dalam pemikiran mereka. Akan butuh banyak kerja keras dan
pemikiran-pemikiran yang out of the box untuk
mengatasi masalah yang rumit. Anak jalanan bukan berarti enggan belajar, maka
dari itu harus ada penggabungan unsur seni dan edukasi.
Rumah
Hati harus segera hidup dengan jiwa-jiwa yang penuh semangat, patriot-patriot
ini yang akan menjadi sumber inspirasi, sumber di mana pemikiran-pemikiran yang
out of the box muncul, dan sumber
dari segala awal perubahan. Dan semuanya ini harus ada yang mau mengawalinya.
Rumah Hati tempat patriot-patriot, anak jalanan, belajar dan mengajar dengan
hati. Mengajar apa yang menjadi passion
anak jalanan tanpa melepaskan sisi edukasi. Rumah Hati akan mengajarkan
keterampilan-keterampilan yang akan menghasilkan uang tanpa ada paksaan kepada
anak jalanan agar mau bergabung, karena tujuan dari Rumah Hati adalah segalanya
bersumber dari hati yang tulus dan ikhlas. Rumah Hati akan dengan tangan
terbuka menampung anak jalanan yang ingin belajar, mewadahi berbagai bakat
mereka utamanya dalam musik, dan akan ada di mana saatnya anak jalanan ini
muncul dan memberikan persembahan kepada masyarakat, membuktikan bahwa anak
jalanan bukanlah sampah, tapi mereka semua emas yang berharga bagi bangsa
Indonesia. Tidak ada bangsa yang maju tanpa ada generasi yang tangguh, dam
sumber dari generasi yang tangguh ialah anak.
Mari
menebar pemikiran positif dan semangat menginspirasi. Ini bukan saatnya di mana
kita berkeluh kesah menuduh pemerintah tidak peka, tidak responsif terhadap
permasalahan bangsa utamanya anak-anak terlantar dan anak jalanan. Bukan
masanya kita hanya menuntut pemerintah melakukan gerakan revolusioner. Karena
semua perubahan ada dalam diri kita masing-masing. Sejauh mana perubahan itu
bisa mengubah Indonesia menjadi lebih baik, tergantung semangat dan loyalitas
kita juga. Semakin besar semangat dan perjuangan kita, akan semakin besar
perubahan yang bisa diciptakan. Inilah saatnya menyatakan diri, mampu dan siap
menjadi patriot-patriot Rumah Hati demi perubahan Indonesia, demi perubahan
dunia.