the wanderer & story teller


Sepulang dari jalan-jalan HK dan Macau, seminggu kemudian adikku mengutarakan keinginannya untuk mencoba solo traveling ke Semarang. Sebagai kakak yang baik (of course I am) ngga tega sih membiarkan dia jalan-jalan sendirian. Akhirnya kami sepakat untuk jalan-jalan berdua menikmati liburan natal dan tahun baru.
Mulai lah aku berburu tiket dan penginapan murah. Ngga cukup murah saja sih, tapi juga cari yang menawarkan promo. Beruntung beberapa e-commerce masih menawarkan promo cashback hingga diskon untuk tiket kereta dan hotel. Setelah membandingkan promo dari berbagai macam e-commerce akhirnya aku memutuskan membeli tiket dari tokopedia dan memilih tiket kereta yang paling murah, yaitu kereta ekonomi Maharani seharga 49.000 (one way). Untuk biaya tiket kereta total Rp 211.000 (include tax) dan mendapat cashback Rp 100.000 yang masuk ke tokocash.
Setelah urusan pertiketan beres, mulai lagi mencari promo penginapan murah yang sesuai dengan budget kami. Ada 2 hostel murah di Semarang yang bisa dipilih, DS Layur Hostel dan juga Sleep and Sleep Capsule Hostel yang keduanya sama-sama berlokasi di Kota Lama Semarang. DS Layur Hostel menawarkan harga per malam 41.000 disertai free air mineral dan pop mie setiap harinya sedangkan Sleep and Sleep Capsule Hostel harga per malamnya 38.000 tanpa free apapun. Pilihan jatuh ke Sleep and Sleep Capsule Hostel karena terlihat lebih instagramable haha dan lokasinya lebih dekat jika berjalan kaki dari Stasiun Tawang maupun Stasiun Poncol.
Problemnya, tiket kereta Maharani ternyata berangkat pukul 06.00 dari Pasar Turi sedangkan aku dan adik berangkat dari Jombang. Baru ingat ternyata masih punya diskon airyrooms sebesar 100.000 akhirnya kami putuskan menginap semalam di Surabaya menggunakan airyrooms termurah di De Ritz Surabaya, rate per malamnya saat itu 124.000 sehingga masih perlu membayar 24.000 karena diskon airyrooms yang aku dapatkan hanya 100.000
Hari pertama di Semarang, kami jalan kaki dari Stasiun Poncol menuju Hostel. Lumayan sih, sekitar 900 meter tapi tidak terasa karena kami berjalan menyusuri Kota Lama di mana banyak spot foto dan banyak yang bisa dilihat, jadi jalan kaki sejauh 900 meter pun ngga kerasa juga. Sesampainya di Hostel kami belum bisa check in tapi diperbolehkan menggunakan toilet, wifi. Akhirnya kami istirahat sholat. Jam 13.00 kami berencana naik Grab dari hostel menuju museum karena ingin mencoba free shuttle bus Jawa Tengah, orang sini sih bilangnya bis tingkat. Berdasarkan informasi, bus berangkat 2 kali sehari namun sumber lain menyebutkan bawa bus hanya beroperasi saat weekend saja. Bus ini berkeliling wisata-wisata di pusat Kota Semarang, tapi berhentinya hanya sebentar-sebentar antara 10-15 menit. Nah, tapi karena jadwalnya ngga pasti dan informasi kurang jelas, akhirnya kita mengubah rencana dari yang semula jalan-jalan keliling Kota Semarang dengan bus tingkat menjadi jalan-jalan ke kota tua dan melihat Gereja Blenduk. Jalan kaki dari hostel sekitar 1 km dengan panduan google maps akhirnya sampailah di destinasi kota tua.
Kota Semarang
Kota Tua

Trotoarnya nyaman
GPIB Immanuel Semarang aka Gereja Blenduk

Barang-barang antik di Pasar Klitikan Semarang
Setelah puas berfoto dan menikmati suasana di Kota Tua Semarang, akhirnya tujuan selanjutnya ialah berburu Lekker Paimo. Kuliner ini cukup terkenal karena sering masuk acara kuliner di televisi. Pertama kali datang, ramai sekali dan butuh antri 2 jam untuk mencicipi sepiring Lekker Paimo dengan isian tuna, telur, sosis, dan keju mozzarella dengan level kepedasan tingkat dewa (Rp 28.000,-)
Lekker Gurih dengan Tuna, Sosis, Telur, dan Keju Mozzarela
Menjelang sore karena bingung ke mana lagi, akhirnya kami googling tujuan wisata di Semarang dan kami memutuskan pergi ke Kampung Pelangi Semarang. Wisata ini baru saja dibuka, kalau kalian pernah main ke Kampung Warna Warni Jodipan di Malang, Kampung Pelangi Semarang ini mirip-mirip sih. Awalnya merupakan pemukiman kumuh, namun  Pemkot Semarang mengatasi permasalahan tersebut dengan mengubah pemukiman kumuh menjadi Kampung Pelangi. Jangan lupa bawa air minum, topi dan kacamata jika berkunjung ke sini karena udaranya cukup panas. Oh iya, masuk Kampung Pelangi ini gratis, tidak ada entrance fee-nya.

Kampung Pelangi Semarang

Pemandangan dari Puncak Kampung Pelangi


Selepas magrib kami mencoba jalan-jalan di Lawang Sewu. Ini merupakan pengalaman pertama sih, karena beberapa tahun lalu aku hanya berkesempatan mengunjungi Lawang Sewu pada siang hari. Well, memang agak berbeda sih haha. Menurutku lawang sewu lebih bagus dinikmati ketika malam hari, lampu-lampunya yang agak temaram ituloh yang bikin kesan berbeda. Tapi ngga serem sama sekali kok, karena masih banyak pengunjungnya pula walau malam. Untuk entrance fee sebesar Rp 15.000,- dan adikku Rp 5.000,- karena bisa menunjukkan kartu pelajar.





Setelah dari Lawang Sewu kami belum lelah. Akhirnya kami menyusuri Simpang Lima Kota Semarang, beli jajanan seperti tahu gejrot. Malam hari, karena kami merasa lapar akhirnya mencoba makan Nasi Ayam yang sangat aku cintai itu. Rekomendasi Nasi Ayam terenak menurutku adalah Nasi Ayam Bu Wido yang berada di Jalan Gajah Mada, cukup jalan kaki sejauh 800 meter dari Kawasan Simpang Lima Semarang.

Nasi Ayam Bu Wido


Simpang Lima Semarang


Pukul 11 malam kami baru kembali ke Hostel untuk beristirahat karena esoknya harus menempuh perjalanan panjang ke Ambarawa dan Bendungan mengunjungi Susan Resort & Spa, Umbul Sidomukti dan juga Candi Gedongsongo. Dan ternyata rencana hanyalah rencana, karena jauh dan tidak ada akses kendaraan umum menuju ke sana, akhirnya batal sudah semuanya. Rencana pergi ke Ambarawa dan Bendungan akhirnya diganti dengan menikmati kuliner pagi di Nasi Pindang Kudus & Soto Sapi Gajahmada. Rasanya biasa aja, kurang cocok buat aku. Terus porsinya dikit banget ya Allah, mana mahal banget lagi :') ngga bakal ngulang deh kayaknya, cukup sekali doang aja biar tau. (terpengaruh review akun kuliner di instagram)

Nasi Pindang dikit banget  porsinya sepiring kecil

Soto Kudus ga ada isinya.
Abis itu karena masih lapar, aku pergi ke Lumpia Gang Lombok sekalian main ke Klenteng Tay Kak Sie. Lokasi keduanya berada di satu gang yang sama yaitu Gang Lombok, jadi tinggal lurus aja, setelah Lumpia Gang Lombok jarak beberapa meter ada klenteng Tay Kak Sie.



Setelah itu perjalanan menyusuri Kota Semarang masih berlanjut yaitu ke Masjid Agung Jawa Tengah yang punya payung raksasa ala-ala Masjid Nabawi di Madinah. Jaraknya cukup jauh dari Gang Lombok, tarif Grabnya sekitar 35 ribu rupiah. Kami leyeh-leyeh dan ngadem beberapa jam di Masjid Agung Jawa Tengah ini dikarenakan waktu itu musim hujan.









Setelah hujan reda, barulah kami meneruskan jalan-jalan yaitu ke Sam Po Kong. Nah ini agak jauh juga sih karena ada di wilayah Semarang Barat, terus jalanan super macet juga. Jadi pukul 15.30 kita baru tiba di Sam Po Kong. Tarif masuk Sam Po Kong pada weekend ialah Rp 8.000,- sedangkan weekdays Rp 5.000,-. Namun jika ingin masuk ke area sembahyang maka wajib membayar lagi sebesar Rp 20.000,-.



Itulah rangkuman perjanan 3 hari 2 malam di Kota Semarang, semua biaya untuk makan + transportasi + hotel kurang lebih Rp 500.000,-. Jadi Semarang bisa jadi tujuan weekend getaway terutama yang berdomisili di Jawa.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Semenjak bergabung di grup facebook Pemburu Tiket Promo, aku jadi lumayan update tentang promo tiket murah. Pada bulan September 2017, seseorang memberikan informasi bahwa ada tiket promo (atau tiket error?) untuk penerbangan Airasia Jakarta-Macau round trip seharga Rp 450.000. Karena harganya super murah, tanpa pikir panjang aku booking lah tiket itu dengan memilih jadwal keberangkatan di bulan Desember 2017. I don't know anything about Macau, but just go! Karena ketidaktahuan tentang Macau itu, setelah tiket terbayar baru aku mencoba googling tentang Macau ini bukan negara, atau lebih tepatnya negara semimerdeka karena masih termasuk dari bagian Tiongkok, jadi istilahnya (hasil dari googling tentu saja) daerah administratif khusus sama seperti Hong Kong. Meskipun bukan negara, tapi Macau punya mata uang khusus yang disebut Pataca dan warganya punya paspor sendiri juga. Macau ternyata juga merupakan wilayah super kecil 30.3 KM ² jadi keliling seharian kayaknya udah cukup sih. Nah, karena wilayah yang kecil ini makanya tarif penginapan sangat mahal, tarif termurah hotel bintang 2 adalah sekitar Rp 600.000 di Agoda, sedangkan Airbnb bisa lebih murah namun lokasinya jauh dari pusat kota, padahal di Macau tidak ada publik transport khusus selain bus dan shuttle bus yang disediakan kasino. Tentu Macau bukanlah negara yang ramah backpacker, terlebih solo backpacker sepertiku yang tidak ada teman patungan untuk sewa kamar hotel. Akhirnya aku memutuskan menginap dan menghabiskan waktu liburan di Hong Kong, jadi meskipun pesawat landing di Macau, aku langsung menyebrang dengan ferry ke Hong Kong. Tapi kan rugi ya sudah sampai Macau tapi tidak berkeliling, akhirnya setelah menyusun itinerary aku ternyata masih punya waktu 10 jam untuk berkeliling Macau sebelum kembali ke airport untuk pulang ke Jakarta.

Cotai Water Jet dari Hong Kong - Macau
Di dalam Cotai Water Jet, nyaman banget seatnya lebih nyaman dari kursi Airasia haha
Bener kan super nyaman, bersih pulak!
Tiket Cotai Water Jet 150 HKD (sekitar Rp 270.000) tarif weekend.

Emang cukup 20 jam keliling Macau? hmm ngga juga sih, kayaknya 2 hari idealnya mengunjungi semua bagian di Macau, tapi kalau untuk pergi ke Senado Square, keliling kasino, mall dan hotel-hotel mewahnya sih cukup. Jadi pukul 11.00 waktu Hong Kong, aku menyebrang dengan ferry dari Hong Kong ke Macau, durasinya kira-kira 1 jam perjalanan. Setibanya di Macau Harbour Ferry Terminal, aku keluar dan berjalan kaki menuju Macau Airport sekitar 10 menit karena lokasi Macau Harbour Ferry terminal dengan Macau Airport bersebelahan. Setelah itu, aku mencari shuttle bus gratis yang disediakan The Venetian Macau. Shuttle bus gratis inipun tidak menunggu waktu lama untuk berangkat, setelah penumpang penuh bus diberangkatkan dari Macau Airport menuju The Venetian Macau. Kenapa tujuan pertama The Venetian, padahal banyak shuttle bus gratis lainnya seperti Grand Lisboa, Wynn Hotel, The Parisian, dan City of Dreams karena di The Venetian kita bisa menitipkan koper dengan tarif cukup murah yaitu 10 MOP/HKD (harga Desember 2017). Setelah dari The Venetian, aku mencari shuttle bus gratis The Venetian yang tujuannya balik ke Airport. Loh kok ke Airport lagi? wqwq. Iyaaaa ya gitu karena gratis, jadi shuttle bus itu tujuannya ya dari hotel/casinonya ke Airport dan rute sebaliknya, jadi dia ngga keliling-keliling kota Macau gitu. Kalau mau efektif ya naik taksi sih, karena rute public bus di Macau itu sangat sedikit informasinya, jadi mau ngga mau ya ikut shuttle bus gratisnya hotel/casino.

Dari airport, ambil shuttle bus gratisnya Grand Lisboa, karena yang paling dekat kalau mau menuju ke Senado Square dan Ruins of St. Paul's ya dari Grand Lisboa. Turun di depan Grand Lisboa dilanjut jalan kaki. Ngga perlu koneksi wifi/internet untuk cari rute jalan di Macau, cukup mengandalkan ask a local. Karena gampang banget kalo sudah sampai Grand Lisboa, tinggal lurus ikutin jalan trotoar dan ikuti arus crowd karena rata-rata turis juga pada jalan kaki sih. Jalan sekitar 15 menit nanti sudah sampai di Senado Square, and I have no idea about this place. Jadi Senado Square itu semacam taman atau area yang luas, terus disitu centralnya Macau, jadi banyak gerai-gerai gitu sih, kaya gerai kosmetik, baju, jam tangan, makanan, oleh-oleh, dll. Pokoknya rame dan tempat ini turis banget. 


Grand Lisboa, kalo malem lebih cantik

Jalanan di Macau

Senado Square menjelang Christmas jadi banyak dekornya

Bangunan Kuning itu icon-nya tapi ngga bisa ngefoto lebih jelas karena terlalu crowded

Jalanan dari Senado Square menuju Ruins of St. Paul's 

Kebetulan momen jalan-jalan di Hong Kong dan Macau ini menjelang natal, jadi jalanan dan tempat wisata lebih meriah lagi karena dekor-dekor khas natal. Kalau sudah sampai di Senado Square udah jalan aja di sepanjang gerai-gerai itu, nanti bakal ketemu sama Ruins of St. Paul's. Ini merupakan reruntuhan gereja sih, jadi tinggal puing-puingnya saja. Tapi landmark ini sungguh sangat populer, jadi ngga lengkap kalau ke Macau tapi belum ke Ruins of St. Paul's because ini termasuk the must see Macau attractions you shouldn't miss on your visit. 


Finally nyampe juga di Ruins of St. Paul's



Ramai sekaliiiii
Kalau sudah sampai di Ruins of St.Paul's jangan lupa juga berkunjung ke Museu de Macau atau Macau Museum. Disitu bisa melihat sejarah Macau, lokasinya satu area dengan Ruins of St.Paul's. Tidak ada entrance fee jadi gratis sampe naik ke rooftopnya. 


Jangan lupa masuk juga ke Museu de Macau
Pemandangan dari rooftop Museu de Macau


Ternyata Macau ada pemukiman kumuh juga.



Terus karena lapar, akhirnya aku cari wifi di toko kosmetik Sasa, numpang wifi didepannya. Setelah browsing halal food di Macau, nemulah ada restoran Indonesia di dekat Senado Square, namanya warung barokha. Sebenarnya banyak sih halal food di Macau kalau mau nyari, mulai dari indian food, terus chinese food tapi yang halal, tapi karena udah hampir seminggu di Hong Kong belum ketemu masakan Indonesia, dan restoran terdekat yang halal dari Senado Square cuman Warung Barokah, akhirnya kuputuskan makan di Warung Barokha saja. Tempatnya agak susah sih, untung waktu itu baca di grup Backpacker Dunia, ada yang kasih rute cara menuju ke Warung Barokha ini, pokoknya dari gang samping Senado Square, gedung yang kuning itu, masuk lurus aja, terus belok kiri, terus nyebrang jalan, terus masuk ke gang lagi, gitu pokoknya agak ribet sih wqwq. Pas ketemu tuh kaya legaa banget. Di Warung Barokha yang masak orang Malang, yang punya juga orang Jawa yang dulunya kerja di Macau tapi sekarang udah punya tempat dan restoran sendiri. Masakannya ya masakan Indonesia, semacam bakso, pecel ayam, pecel lele, nasi goreng, ada di sini. Aku akhirnya pesen lele penyet dan Mbak Ninuk (temen backpacker yang ketemu di Airport Macau) pesen nasi goreng. Agak ga rela ya Allah, pecel lele biasanya Rp 15.000 di sini 40 MOP (Rp 72.000) tapi karena wenakkkk, sambelnya mentah gitu lo, aku belum pernah makan sambel kaya gini ternyata nikmat. Terus nasi gorengnya juga warbiyasahhh meskipun harus bayar 35 MOP (Rp 63.000). Tapi ya maklum ya, kan di luar negeri, di mana living costnya pun sangat amat mahal. Di Warung Barokha Macau ini kalian juga bisa numpang sholat, sekalian numpang pake wifinya. Yang punya juga super ramah, bisa diajak ngomong bahasa jawaan.


Nasi Goreng dan Pecel Lele Warung Barokha

Setelah selesai makan dan sholat magrib. Aku sama Mbak Ninuk kembali jalan ke Grand Lisboa karena kita mau naik shuttle bus menuju bandara. Ternyata last bus mereka pukul 8 malam, dan itu antriannya panjang bener. Akhirnya karena gamau nunggu dan takut kemaleman malah ngga dapet bus, akhirnya kita jalan kaki menuju Wynn Hotel (hotel terdekat dari Grand Lisboa yang punya shuttle bus gratis juga). Jadi aku jalannya lumayan jauh, dari Warung Barokha ke Grand Lisboa terus lanjut jalan lagi dari Grand Lisboa ke Wynn Hotel. Ini jalannya lumayan jauh sih, ada kali 2 km. Pokoknya 30 menit jalan kakinya, sampe ketemu hotel super mewah, terus di depannya ada pertunjungan water fountain show. Itu aku sama Mbak Ninuk bener-bener norak se norak-noraknya. Melongo aja, keren banget. Jadi air mancurnya tinggi banget, terus ada fire fountainnya juga. Sama ada lampu-lampu gitu yang bikin makin spekta. Kalo air mancur kan udah biasa ya, yang bikin heran itu api mancurnya wqwq. Sumpah kok bisa gitu api nyala bareng sama air. Pokoknya setelah mengagumi karya manusia ini, kita lari-larian cari shuttle bus ke airport.
Grand Lisboa malam hari


Water Fountaion Show di Wynn Hotel

Aslinya lebih spekta
 Akhirnya ketemulah busnya dan kita naik, lagi-lagi ke Airport. Memang kurang efektif ya, karena tiap mau ke mana-mana kita harus ke Airport dulu. Tapi ya mau gimana lagi, karena kan backpacker jadi pengeluaran harus semurah-murahnya biar duitnya bisa ditabung untuk trip berikutnya. Untungnya sih Airport Macau ini ga jauh dari kota, karena kan sudah kubilang kalo Macau ini cukup kecil jadi 15 menit aja sudah sampe mana-mana. Setelah di Airport aku ikut shuttle bus The Parisian, tujuan lainnya adalah mau liat imitasinya Menara Eiffel. Turun dari bus, kita ngga bisa liat langsung Eiffel Towernya karena dituruninnya di bagian parkir basement, dan di belakang gitu, sedangkan Eiffel Towernya di depan. Iseng pengen mampir ke toilet, eh terus bengong liat toiletnya bagus banget.
Toilet di The Parisian

Hmm selain indah, bersih juga.

Toilet aja mewah, gimana kamar hotelnya?
 Terus udah puas mengagumi toilet di Macau, akhirnya aku jalan kaki ke depan hotel untuk melihat Eiffel Towernya. Sebenarnya bisa naik juga ke atas, tapi bayarnya cukup mahal, yaudah cukup liat dari bawah aja.




Karena udah puas foto-foto, dan udah kedinginan (fyi, suhu di Macau waktu itu sekitar 8 apa 10 derajat gitu karena pas Desember sudah mulai dingin. Karena udah males bolak-balik ke Airport akhirnya aku memutuskan jalan kaki aja dari The Parisian ke The Venetian cukup jauh juga sekitar 1 km gitu. Tapi ga kerasa karena sambil menikmati gemerlapnya Macau sih, cuman yang bikin susah ya udara yang dingin.

Laser show di dinding mall, ada musiknya juga seru!


Sesampainya di The Venetian, aku memutuskan masuk Casino yang di area ground untuk mengambil air minum, haha. Biar makin hemat! Disitu ternyata judinya canggih juga ya, dan aku baru menyadari juga ternyata orang-orang chinese itu lebih tajir melintir dari yang aku bayangkan. Soalnya ngga tua ngga muda pada main judi semua, dan besaran uang yang dipertaruhkan itu kadang sampe miliaran rupiah (dikasih tau om-om Malaysia pas di Airport. Dia sering wara-wiri ke Macau).
Mineral water gratis dari Casino


Suasana Casino The Venetian yang di Ground Area, ada juga yang di atas lebih privat. Ada bodyguard banyak yang jaga. Tiap masuk dimintain passport.

Karena sudah malam, sekitar jam 22.00 kalo ngga salah, aku akhirnya mencari makanan yang wajib juga dicoba pas lagi ke Macau dan kebetulan di Venetian ini ada tokonya yang paling populer di Macau. Namanya Lord Stow's, jadi kalian belum ke Macau kalau belum nyobain egg tartnya. Banyak sih yang jual egg tart terkenal di Macau, tapi yang paling terkenal ya Lord Stow's sama Margaret's Cafẻ e Nata yang di deket Senado Square. Harganya 10 MOP (Rp 18.000)

Ini dia Lord Stow's
Antrinya masih panjang, padahal toko mau tutup.

Portugese Egg Tart. 10 MOP (Rp 18.000)
 Abis itu foto-foto bentar di ikonnya The Venetian. Yang naik gondola ala-ala tiruannya di Venezia Italia. Ini sebenarnya ada gitu gondolanya, keliling-keliling mall, tapi sayang udah tutup karena malam.




Abis itu balik ke lobby hotel Venetian untuk mengambil koper. Setelah ambil koper langsung keluar hotel, antri untuk shuttle bus ke Airport. Sampe di Airport sekitar jam 12 malam. Ceritanya nginep di Airport sampe pagi sih, karena penerbangan ke Jakarta jam 7 pagi. Airport Macau ini kecil, terus jarang yang jual makanan gitu, ada sih di atas tapi ngga tau juga halal apa ngga. Terus kurang muslim friendly karena ngga ada prayer roomnya, jadi mau ngga mau ya gelar sajadah di pojokan atau di bawah lift gitu. Mungkin karena masih jarang muslim yang pergi ke Macau ya, karena memang daya tarik Macau yaa perjudian tadi, casino-casino ada hampir di semua tempat mulai yang kecil-kecil receh gitu sampe yang mewah ada. Bahkan ada yang buka 24 jam non stop lo. Suhu di Airport super dingin, jadi siap-siap aja bawa jaket tebel dan baju berlapis kalau mau menginap di Macau Airport. Terus kursinya di bandaranya juga ada sekat-sekatnya gitu, jadi susah juga buat selonjoran. Aku terpaksa tidur sambil duduk, dan menahan suhu dingin. Perjalanan sekitar 10 jam dari pukul 13.00 sampai pukul 24.00 di Macau cukup untuk melihat beberapa sightseeing di sini seperti Grand Lisboa, Senado Square, Ruins of St.Paul's, Fountain Water Show di Wynn Hotel, The Parisian dan The Venetian. Macau benar-benar menggambarkan surga dunia banget. Kotanya bersih, gedung-gedungnya mewah, mall-mall juga menyediakan show gratis di jam-jam tertentu. Sayangnya public transportnya kurang ramah turis, terus ngga moslem friendly karena susah banget nyari prayer room, akhir-akhir ini aku baru tahu juga kalau di Macau cuman ada 1 masjid!

Meja resepsionis

di sini ambil koper yang dititipin tadi siang

Interior Venetian
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Older Posts

About me



Holla, I'm Hikmatus Sabilil Izzah or known as Hikma (22 yo). I recently graduated from college with bachelor degree in Public Administration at Airlangga University. This is my page to talk about travel, lifestyle, and my thoughs. I started to traveling since 3 years ago, and my first country is Malaysia. Since then, I've backpacked through Asia and Indonesia. Thanks so much for reading. I'm so glad you're here!




SOCIAL MEDIA




Categories

  • China (1)
  • college (11)
  • conference forum (2)
  • Culinary (3)
  • Indonesia (2)
  • Jawa Timur (1)
  • jepang (6)
  • Kuala Lumpur (2)
  • life (18)
  • Macau (1)
  • Malaysia (2)
  • online shopping (1)
  • opinion (18)
  • paspor (1)
  • review (2)
  • sajak (1)
  • Semarang (1)
  • thought (24)
  • tips (3)
  • traveling (12)
  • visa (2)

recent posts

Blog Archive

  • ▼  2018 (5)
    • ▼  Juli (2)
      • WEEKEND GETAWAY: 3D2N MENJELAJAH KOTA SEMARANG
      • 10 Jam di Macau
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2017 (9)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (8)
  • ►  2016 (4)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2015 (2)
    • ►  Juni (2)
  • ►  2014 (14)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (12)
  • ►  2013 (4)
    • ►  September (4)
  • ►  2012 (6)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2011 (7)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
Diberdayakan oleh Blogger.

VISITORS

Popular Posts

  • 10 Jam di Macau
    Semenjak bergabung di grup facebook Pemburu Tiket Promo, aku jadi lumayan update tentang promo tiket murah. Pada bulan September 2017, sese...
  • WEEKEND GETAWAY: 3D2N MENJELAJAH KOTA SEMARANG
    Sepulang dari jalan-jalan HK dan Macau, seminggu kemudian adikku mengutarakan keinginannya untuk mencoba solo traveling ke Semarang. Sebag...

Created with by ThemeXpose